Selasa, 26 Januari 2016

Pemuda Pengoleksi Surat Undangan

Surat undangan pernikahan dari Antonio yang diterimanya tadi pagi menggenapi koleksinya menjadi 50. Surat undangan pernikahan yang berbentuk seperti bungkus pasta gigi itu kemudian ia jejerkan bersama dengan ke 49 surat undangan pernikahan lainnya. Ini adalah ritual yang rutin dilakukannya setiap kali ia menerima sebuah surat undangan pernikahan. Ia akan mengenang si pemberi surat undangan pernikahan tersebut, bagaimana mereka berkenalan, dan jika ia tahu, bagaimana kisah cinta si pemberi surat undangan. Setelah selesai ia akan memasukkan kembali koleksinya ke dalam sebuah kotak khusus yang ia simpan di dalam lemari kamarnya.

Pemuda Y memulai hobi ajaibnya itu --sebenarnya tidak ajaib-ajaib juga karena toh masih ada manusia lain yang mempunyai hobi yang jauh lebih ajaib darinya, memakan rambutnya sendiri, misalnya-- sejak tiga tahun lalu ketika teman-teman kuliahnya mulai menikah satu per satu. Pada awalnya ia tidak mempunyai niat sama sekali untuk mengoleksi surat undangan pernikahan tapi ketika tanpa sadar surat undangan pernikahan yang diterimanya semakin bertumpuk di atas lemari es tempat ia biasa menaruhnya tiba-tiba saja ide itu mampir di benaknya. Ia ingat ayahnya pernah bilang kalau laki-laki harus mempunyai hobi dan Pemuda Y sadar kalau kebiasaannya kentut sembarangan bukanlah ide yang bagus untuk dijadikan hobi maka mengoleksi surat undangan pernikahan terasa seperti sebuah ide segar di kepalanya.

Sejak saat itu Pemuda Y mulai menyimpan setiap undangan pernikahan yang diterimanya. Ia hanya mengoleksi undangan pernikahan yang ditujukan atas namanya sendiri. Itu artinya surat undangan pernikahan yang ditujukan selain kepadanya tidak akan ia koleksi. Ia sengaja memilih hal itu karena baginya setiap undangan pernikahan selalu memberinya sebuah cerita dan kenangan tersendiri. Dan ia sangat senang setiap kali mengenang cerita-cerita tersebut. Undangan dari Antonio yang tadi pagi ia terima misalnya ; ia pertama kali bertemu dengan bocah itu di sebuah komunitas pecinta gulat di kotanya. Mereka kemudian berkenalan karena sering bertemu dan menjadi kawan dekat. Dari perkenalannya itu ia tahu kalau Antonio adalah anak seorang kepala desa dan masih satu garis keturunan dengan Prabu Siliwangi. Antonio pernah bercerita kalau para keturunan Prabu Siliwangi mewarisi ajian Pamacan dari para leluhurnya. Konon, mereka yang mewarisi ajian itu akan berubah menjadi harimau jika sedang marah. Tidak ada orang yang berani melawan seseorang yang mempunyai ajian Pamacan. Sayangnya ajian itu hanya diwariskan sampai kepada keturunan ke 200. Antonio adalah keturunan Prabu Siliwangi ke 201.

Antonio menikah dengan teman sekelasnya ketika SMA dan mereka sudah berpacaran selama lima tahun. Rupanya, selain keturunan ke 201 dari Prabu Siliwangi dan anak seorang kepala desa, Antonio juga adalah seorang laki-laki yang setia, setidaknya kepada tiga hal : ia tetap tinggal di pondok kos yang sama selama tiga tahun, ia masih memotong rambutnya dengan gaya yang itu-itu saja, dan ia menikah dengan perempuan yang itu-itu juga. 

Begitu surat undangan pernikahan Antonio bercerita. 

Dan Pemuda Y masih mempunyai 49 cerita dan kenangan dari 49 surat undangan pernikahan lainnya.

Yang bisa menandingi kesetiaan Antonio mungkin hanya Pemuda Arief, kawannya yang lain. Surat undangan pernikahannya mungkin yang terbaik di antara semua koleksi surat undangan pernikahan milik Pemuda Y. Maklum, Pemuda Arief adalah seorang fotografer sekaligus pemilik sebuah tempat percetakan. Jadi ia tidak perlu khawatir surat undangan pernikahannya akan semahal apa.

Surat undangan penikahan berlatar hitam itu dibuat dengan kualitas kertas nomor wahid, diisi dengan foto-foto pre-wed mereka yang penuh kemesraan, dan beberapa kutipan kalimat romantis dari film-film yang pernah mereka tonton bersama. 

"Menikah adalah cara untuk mengatakan aku cinta kamu"- Shah Rukh Khan, My Name Is Khan. 

Itu adalah salah satu kutipan yang Pemuda Arief sertakan dalam surat undangannya tepat di bawah fotonya ketika sedang memainkan gitar di hadapan pasangannya.

Pemuda Arief juga adalah seorang laki-laki yang setia. Mereka sudah berpacaran selama delapan tahun, lima bulan, tiga belas hari, sebelum memutuskan untuk menikah. Meski di tahun terakhir menjelang pernikahannya, Pemuda Arief pernah hampir tergoda oleh seorang gadis berkacamata yang ia temui di sebuah acara resepsi pernikahan kawannya.

Pemuda Arief sedang mengantri mengambil nasi ketika tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan gadis di depannya yang kebetulan juga hendak mengambil nasi. Kulit gadis itu terasa lembut di tangannya, dan ketika ia menoleh, pandangannga beradu dengan pandangan gadis itu dan "subhanallah" gadis itu semanis sirup Tjampolay. Gadis itu mengenakan kacamata berbingkai tebal tapi bola matanya terlihat jelas. Bundar, hitam, bening sekaligus begitu dalam. Membuat Pemuda Arief lupa kalau ia punya pacar yang sudah dipacarinya selama delapan tahun.

Pemuda Arief baru sadar setelah biduan dangdut berteriak kencang dari panggung dan ia ternyata belum mengambil lauk apa pun karena begitu terpesona oleh gadis berkacamata tebal yang baru dilihatnya. Jancuk, Pemuda Arief terpaksa harus kembali mengantri.

Yang tidak begitu setia mungkin kisah cintanya Aa Wowo. Ia menikah sebulan yang lalu. Pemuda Y hadir di pernikahannya meskipun hari itu hujan dan jalanan menuju ke tempat acara becek dan berlumpur.

Aa Wowo adalah kakak kelasnya ketika di sekolah menengah atas. Pemuda Y mengenalnya karena kebetulan ia pernah menjadi anggota OSIS dan Aa Wowo adalah ketua umumnya. Dan rasanya Aa Wowo selalu menjadi ketua umum dalam setiap organisasi yang ada di sekolahnya ; di Pramuka, di badan amil zakat infaq dan sodaqoh, di forum pecinta alam, forum pecinta kopi, forum pecinta dedek-dedek gemes berhijab dan diam-diam di forum pemuda pecinta Japan Adult Video.

Sewaktu sekolah Aa Wowo pernah berpacaran dengan teman sekelasnya yang bernama Hani. Seingat Pemuda Y mereka berpacaran cukup lama. Cukup lama untuk membuat Pemuda Y bosan melihat mereka berboncengan di motor setiap pulang sekolah. Mereka kemudian berpisah. Dari desas-desus yang didengarnya, mereka berpisah karena Aa Wowo berselingkuh dengan seorang gadis yang berasal dari Bandung. Entah benar atau tidak tapi yang jelas di surat undangan pernikahannya Aa Wowo tidak menikah dengan Hani atau pun dengan gadis yang berasal dari Bandung. Aa Wowo menikah dengan seorang bidan.

Begitulah, Pemuda Y sangat menyenangi ritual mengenang seseorang melalui surat undangan pernikahannya. Jika surat undangan pernikahan itu datang dari kawan lamanya maka Pemuda Y akan menggali ingatannya lebih jauh lagi. Ingatannya yang paling jauh mungkin tentang Adi Susanto, kawannya sewaktu SD.

Surat pernikahannya ia terima sekitar satu tahun yang lalu. Mereka sudah lama tidak pernah bertemu. Adi Susanto pindah ke Banyuwangi ketika kelas dua SMP. Ternyata Adi Susanto masih mengingatnya dan memberinya surat undangan pernikahan meskipun tentu saja Pemuda Y tidak bisa ikut menghadiri acara resepsinya.

Adi Susanto adalah seorang fans AC Milan, terutama Andriy Shevchenko. Ia bahkan sering sekali menuliskan namanya dengan Adi Shevchenko. Ia kawan dekat Pemuda Y. Mereka satu SD dan melanjutkan SMP di tempat yang sama. Mereka sering bermain PS bersama sepulang sekolah. Waktu itu rental PS hanya ada di kota kecamatannya jadi mereka hanya bisa bermain PS sepulang sekolah. Itu pun tidak bisa setiap hari karena sisa uang jajan mereka kadang tidak cukup untuk membayar sewa PS.

Tapi rupanya Adi Susanto begitu ketagihan bermain PS. Ia yang tadinya hanya bermain PS dua kali seminggu sepulang sekolah menjadi setiap hari. Ia bahkan lebih sering masuk rental PS daripada masuk kelas. Ia tidak naik kelas dan orang tuanya memindahkan sekolahnya ke Banyuwangi. 

Pemuda Y hanya sesekali bertemu jika libur Lebaran atau ketika liburan panjang sekolah. Mereka semakin jarang bertemu ketika Pemuda Y melanjutkan kuliahnya keluar kota. Dan mereka tidak pernah bertemu lagi setelah Pemuda Y lulus kuliah. Di tahun ke empat setelah Pemuda Y lulus kuliah, Adi Susanto mengiriminya surat undangan pernikahan. Ternyata ia berjodoh dengan gadis dari Banyuwangi.

Pemuda Y sangat menyenangi hobinya. Hobi ini tidak merepotkan siapa pun. Pemuda Y bahkan tidak perlu mengeluarkan uang sama sekali untuk hobinya. Kawan-kawannya yang akan menikah pasti akan dengan sangat senang hati memberinya surat undangan, bahkan tanpa perlu ia memintanya. Benar-benar hobi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Tapi akhir-akhir ini hobinya sering menjadi bumerang buat dirinya sendiri. Ini semua gara-gara kawan-kawan kuliahnya sudah mulai menikah satu per satu dan hanya menyisakan tiga laki-laki yang belum menikah. Pemuda Y ada di antara ketiga laki-laki tersebut. 

Tapi Pemuda Y yang selalu menjadi sasaran tembak ejekan semua kawan-kawannya.

Pertama, karena di antara ketiga laki-laki lain yang belum menikah mungkin hanya dirinya yang bernasib paling sial. Kedua laki-laki lainnya sudah mempunyai pasangan dan hanya tinggal menunggu waktu saja. Laki-laki pertama sedang menunggu studi S2nya kelar, sedangkan laki-laki kedua sedang menunggu calonnya menyelesaikan kontrak kerjanya di Jepang. Pemuda Y sendiri tidak menunggu siapa-siapa dan ditunggu siapa-siapa. Asu betul, memang.

Kedua, semua ini terkait karena hobinya mengoleksi surat undangan pernikahan. Betul, hobinya memang tidak merugikan siapa pun. Tapi setiap kali ia memamerkan koleksinya kepada kawan-kawannya mereka selalu spontan bilang, "terus surat undanganmu sendiri kapan?".

Pemuda Y bahkan pernah melakukan kesalahan fatal dengan mengunggah foto koleksinya ke facebook dengan kalimat gagah "Harta Karunku" yang langsung disambar oleh 78 komentar dari kawan-kawannya. Yang pertama kali berkomentar adalah kawannya yang  akun facebooknya bernama Ubed Sukakangen, "terus undangan pernikahanmu kapan?".

Dan 77 komentar lainnya berkalimat sama.

Setiap kali mengingat hal itu, rasanya Pemuda Y seperti sedang mengunyah mangga muda. Kecut.

Mereka semua tidak tahu kalau sebenarnya Pemuda Y pernah jatuh cinta setengah mampus kepada seorang gadis. Dan gadis itu juga mencintainya. Mereka saling mencintai. Tapi Pemuda Y bukan laki-laki setia, seperti Aa Wowo. Ia meninggalkan gadis itu dan berpaling kepada gadis lain. Lalu Pemuda Y kembali kepada gadis itu, dan gadis itu masih menerimanya. Dan Pemuda Y kembali meninggalkannya demi gadis lain. Dan lagi-lagi Pemuda Y kembali  kepada gadis itu dan gadis itu masih mau menerimanya. Dan Pemuda Y kembali meninggalkannya. Begitu seterusnya sampai suatu kali gadis itu tidak bisa menerimanya lagi. Sambil sesenggukan gadis itu berkata, "kamu tahu rasanya jadi tissue toilet yang bisa kamu pakai dan buang seenaknya?! Itu aku! Brengsek!"

Setelah mengucapkan kata brengsek gadis itu pergi dan Pemuda Y dikutuk untuk terus berharap kalau suatu hari gadis itu akan kembali kepadanya.

Dan gadis itu kembali kepadanya, sembilan bulan sebelum Pemuda Y menerima surat undangan pernikahan dari Antonio. Pada suatu sore yang basah karena seminggu penuh diguyur hujan. Tapi hanya namanya saja yang datang. Di sebuah surat undangan pernikahan bersampul ungu dengan sebuah pita di ujungnya dan sebuah lirik lagu The Cure di belakangnya. Lirik lagu itu dulu sering Pemuda Y pakai untuk merayu gadis itu. Dan kini lirik lagu itu dipakai si gadis untuk mewartakan pernikahannya yang akan berlangsung hari Jum'at depan. Tembelek singa!

I don't care if Monday's blue
Tuesday's grey and Wednesday too
Thursday i don't care about you
It's Friday i'm in love

Setiap kali ia mengingatnya Pemuda Y seperti sedang mengunyah mangga muda. Kecut sekali. Tapi yang ini ratusan kali lebih kecut.

Tambun Selatan, 27 Januari 2016



 

Senin, 18 Januari 2016

Hal-hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Sebuah Pernikahan Versi Saya Sendiri

Oleh : Antonio Nurhega

Pengantar : akhirnya Antonio Nurhega menikah. Ia pasti berbahagia karena bisa menikah dengan gadis yang dicintainya selama ini --sekaligus mungkin bisa mempraktekkan deep throat secara langsung. Ia ingin berbagi kebahagiannya kepada kita semua. Lebih dari itu ia juga ingin berbagi pengalamannya dalam mempersiapkan pesta pernikahannya. Sayangnya, ia lupa password blognya jadi terpaksa ia menumpang tulisannya di blog saya. Tidak apa, kata saya. Yang penting niatnya baik dan mulia. Karena itu sekarang saya posting tulisannya yang tadi sore dikirimkan olehnya via email. Selamat membaca.

Pernikahan adalah impian semua orang, tidak terkecuali Naruto. Tokoh ninja idola semua orang itu kini sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak. Bagi generasi 90an, generasi yang mengaku sebagai generasi paling bahagia menurut mereka sendiri, pertanyaan kapan nikah mungkin sudah tidak asing lagi dan mungkin malah menjadi sebuah pertanyaan horor, tapi percayalah perasaan itu juga dirasakan oleh orang tua ketika ditanya kapan punya mantu. Anda tidak sendirian, sob

Saya sendiri sudah melangsungkan pernikahan tanggal 16 Januari 2016 kemarin. Kecuali ijab qabul, tidak ada lagi hal yang romantis pada pernikahan saya. Konsep pernikahan saya sendiri berkonsep standar Indonesia banget ; dimulai dari datangnya mempelai pria yang diiringi oleh lengser, sambutan, ijab qabul, saweran, undangan datang silih berganti memberikan amplop diiringi alunan lagu dari wedding singer, dan malamnya ditutup dengan santapan rohani. Sebenarnya saya sendiri sudah berusaha membuat konsep pernikahan yang sangat romantis. Setelah acara saweran, saya berencana berjalan diatas karpet merah diiringi alunan musik syahdu, lalu sang MC akan membacakan biodata dan perjalanan cinta kami, tapi apa mau dikata, saat saya akan melangsungkan acara tersebut pihak keluarga malah mengadakan acara sholawatan. Bisa saja saya menghentikan acara sholawatan tersebut, tapi saya takut kualat dan timbul konflik keluarga, akhirnya saya memilih mengalah, yang penting malam itu saya bisa nyilit

Tapi tidak ada salahnya juga saya berbagi hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum mengadakan pesta pernikahan, menurut saya sendiri: 
1. Pasangan
Sebelum berbicara lebih jauh, jangan lupakan hal yang satu ini. Memilih pasangan itu kadang gampang kadang susah. Ada yang baru kenal sebentar langsung jadi, ada juga yang sudah lama berpacaran kemudian berakhir indah di pernikahan. Ada yang malah gagal sampai di pelaminan. Ingat! Pasangannya harus lawan jenis, kita tidak hidup di benua biru yang melegalkan pernikahan sesama jenis, sama pohon ataupun sama Menara Eiffel.

2. Lamaran
Setelah kita menemukan pasangan yang tepat saatnya kita melakukan lamaran. Lamaran bertujuan untuk meminta izin kepada orang tua sang putri bahwa kita ingin mempersunting putrinya. Biasanya acara lamaran dilakukan setengah sampai satu tahun sebelum pernikahan.

3. Mahar 
Jika maharnya berbentuk emas maka lebih baik beli mas kawin lebih awal, karena harga emas cenderung naik dari waktu ke waktu.

4. Seserahan
Sambil menunggu datangnya hari H, bolehlah kita nyicil buat beli seserahan. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, begitu kata pepatah.

5. Pre Weddig
Hal yang menurut saya tidak terlalu penting namun sangat penting menurut Panji Pratama Saputra. Pre wedding adalah kegiatan mengabadikan foto berdua sebelum pernikahan. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu satu bulan. Pilihlah tema sesuai dengan pernikahannya nanti agar pre wedding menjadi lebih berkesan.

6. Souvenir
Banyak jenis souvenir yang bisa dipilih, mulai dari gelas, dompet, sendok, tempat tissue, bahkan jika kita punya uang bisa menghadiahi tamu undangan dengan souvenir iPod shuflle versi 2 GB seperti pernikahan anak sekjen MA pada bulan maret 2014 lalu.

7Undangan
Pengerjaan undangan versi cetak biasanya memakan waktu 10 hari. Jika ingin memajang foto pre wedding di surat undangan kita maka undangan dikerjakan setelah proses pre wedding selesai. Di zaman serba canggih ini undangan tidak hanya lewat kertas. Bagi sahabat-sahabat kita yang jauh kita bisa mengirimkan kabar lewat medsos. Pembuatan undangan versi medsos bisa kita bikin sendiri atau bisa minta tolong sekalian pre wedding.

8. Daftar KUA
Pendaftaran ke KUA bisa melalui kesra desa setempat. Persyaratannya sendiri yaitu, akte kelahiran, ijazah terakhir, fotokopi KTP, pas foto 4x6 2 lembar, 2x3 3 lembar dengan latar belakang biru, dan surat pernyataan masih single atau duda yang ditandatangani di atas materai. Biaya akad pernikahan bila diadakan di rumah Rp 800.000,-pada hari biasa dan tambahan Rp 50.000,- jika hari libur. Jika kepengin gratis maka bisa melangsungkan akad nikah di KUA. Waktu yang tepat buat daftar KUA adalah satu bulan sebelum hari H.

9. Pesta Pernikahan
Ini yang paling ditunggu dari semuanya. Semua menunggu acara ini, keluarga, kerabat terlebih lagi kedua mempelai. Susunan acara sendiri biasanya dibentuk khusus panitia, jika ada permintaan bikin sesuatu yang berbeda bisa dikomunikasikan dengan panitia. Hal yang paling penting di sini adalah ijab qabul. Setelah seleasi ijab qabul rasanya lega sekali.

Begitulah persiapan-persiapan menjelang pernikahan yang perlu dilakukan versi saya sendiri. Bagi saya menikah itu seperti minum kopi, kopi sepuluh ribu adalah kopi, kopi seratus ribu adalah kopi, sama halnya dengan menikah, nikah sepuluh juta adalah nikah, nikah seratus juta tetap menikah. Persiapan di atas bisa lebih mudah atau malah lebih sulit. Lebih mudah apabila hanya melaksanakan hal-hal wajib aja, bisa lebih sulit jika ditambah acara siraman atau munduh mantu. Hal yang paling penting adalah kehidupan setelah menikah. Semua orang ingin pernikahannya langgeng dan bahagia. Acara penikahan yang kita persiapkan kelak akan dilupakan. Mungkin untuk satu minggu sampai satu bulan rekan-rekan kita masih membicarakan dan  memposting foto-foto acara pernikahan kita, tapi selanjutnya kehidupan kita sendirilah yang paling penting. Pesan dari saya, tak perlu muda atau tua untuk menikah, menikahlah ketika kita siap. Selamat menikah. 


Bantrangsana, 18 Januari 2014.

Minggu, 10 Januari 2016

Sleep Paralyzm

Oleh Antonio

Catatan : cerpen ini merupakan terjemahan dari cerpen berbahasa Sunda yang berjudul Dieureup-eureup karya Antonio. Cerpen ini dimuat di Majalah Mangle edisi Juni 2004.


Nama saya Antonio. Saya seorang perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta. Malam ini
malam Jum'at dan saya mendapat giliran dinas malam. Kata orang malam Jum'at adalah malam di mana hantu-hantu senang bergentayangan dan rumah sakit adalah salah satu tempat favoritnya. Jika saja saya percaya hantu, maka malam ini bisa jadi merupakan malam yang sangat menyeramkan bagi saya. Tapi saya tidak percaya hantu apalagi setan. Saya tidak mempunyai uusan sama sekali dengan mereka. Apa urusan di dunia nyata ini kurang berat sampai kita harus mengurusi kehidupan mereka segala. Saya hanya bisa menertawakan mereka yang sehari-hari ngomongin setan, terlebih kepada acara-acara tv yang mencari-cari penampakan setan yang tayang tiap tengah malam. Sungguh orang-orang kurang kerjaan.

Saya tiba di rumah sakit lebih awal. Kali ini saya bertugas bersama Mbak Agus dan Bu Endang. Saya bertugas di ruang anak. Tangisan mereka di malam hari sudah menjadi hal yang biasa bagi saya dan bahkan sudah kewajiban saya juga untuk membantu menenangkannya.

Kerja kali ini lancar. Semua pekerjaan beres sebelum pukul satu dini hari. Kami memutuskan untuk beristirahat bersama. Biasanya kami beristirahat secara bergantian tapi karena kondisi
pasien tenang, tidak ada salahnya juga kami beristirahat bersama-sama.

Bu Endang dan Mbak Agus tidur
dengan menggelar kasur di nurse station. Saya tidur di sofa di samping mereka. Nurse station adalah
tempat berkumpulnya perawat di mana biasanya mereka membereskan pekerjaan mereka.

Karena di luar hujan deras kami pun tidur sangat lelap sampai akhirnya saya mendengar tangisan bayi. Saya terbangun. Saya melihat jam, masih pukul tiga pagi. Ketika saya mau bangun dari sofa, saya melihat Mbak Agus sudah mendahului saya dan menghampiri bayi yang menangis. Saya kembali tidur. Belum sempat saya memejamkan mata, Mbak Agus sudah membangunkan saya. Ia memberitahu kalau infusan bayi tersebut
bengkak dan saya disuruh menyiapkan peralatan infus di ruang tindakan. Sialan, kenapa tidak nanti pagi saja
pasang infusnya, maki saya dalam hati. Dengan mata terkantuk-kantuk saya bergegas ke ruang tindakan dan
menyiapkan alat.

Hawa terasa sangat dingin ketika saya menyiapkan alat. Mungkin karena di luar sedang hujan lebat, pikir saya. Saya menyiapkan alat sambil melamun sampai kemudian saya dikagetkan dengan sesosok makhluk hitam di depan saya. Tingginya sama dengan saya, matanya merah, nafasnya berbau busuk dan dia tertawa. Saya lari ke luar menuju nurse station. Belum sempat sampai ke nurse station saya berhenti, saya tidak percaya hantu, saya putuskan untuk kembali, saya berbalik, tak disangka makhluk itu sudah berada di pintu dengan wujud yang lebih mengerikan. Saya mencoba berlari kembali tapi kali ini kaki saya
terasa berat. Saya tidak bisa berlari. Saya putuskan untuk berteriak memanggil Bu Endang dan Mbak
Agus. Mereka tidak menggubris sama sekali. Saya berteriak lebih kencang, semakin kencang sampai akhirnya,

"Antonio.." Bu Endang membangunkan saya dengan memukul-mukul paha saya. Saya melihat jam, masih pukul tiga pagi. Mbak Agus masih berada di tempat bayi yang sedang menangis.

"Kamu dieureup-eureup ya?" tanya Bu Endang.

"Sepertinya begitu Bu, saya mimpi buruk." jawab saya diakhiri dengan ber-huh karena lega. 

Sejak pukul tiga itu kami tidak tidur lagi. Bu Endang cerita kalau saya tidak dibangunkan maka saya akan dibawa ke dunia mereka. Mbak Agus pun mengiyakan. Ternyata mitos itu sama di setiap daerah. Mbak Agus dari Kalimanatan dan Bu Endang dari Jakarta tapi kepercayaan mereka
terhadap hantu sama. Saya hanya bisa ber-huh lagi dalam hati mendengar kepercayaan konyol mereka.

Pukul enam pagi adalah waktu untuk mengobservasi kondisi pasien. Kami berkeliling untuk mengukur tanda-tanda vital pasien. Ketika sedang mengukur suhu salah satu anak di kamar paling ujung, anak itu bertanya,

"Om, kok sendirian?" 

"Oh, Bu Endang dan Mbak Agus lagi di kamar yang lainnya, Dek" jawab saya sambil tersenyum.

"Bukan mereka Om, tapi yang mengikuti Om terus sepanjang malam. Yang hitam dan matanya merah tuh" jelas anak itu polos.

Ohhh Tuhan, apakah dunia ini dipenuhi dengan orang-orang konyol?

Jumat, 08 Januari 2016

Kencan Pertama

Ia masuk ke dalam toilet dengan terburu-buru. Sesuatu dari dalam perutnya mendesak ingin keluar dan jika dalam tempo 35 detik saja ia tidak bisa menemukan toilet maka tamatlah riwayatnya. Ia masih bernasib baik, stasiun kereta api hampir selalu menyediakan toilet umum dan dengan kecepatan maksimum yang bisa dicapainya ia merangsek masuk ke dalam toilet paling ujung --toilet pertama rusak, toilet kedua terkunci-- memeloroti celananya dengan tergesa dan duduk dengan perasaan tidak nyaman.

Berak di WC duduk tidak pernah membuatnya nyaman. Ia selalu terbayang pantat-pantat lain yang menempel di sana sebelumnya. Pantat-pantat hitam, berkeringat, mungkin beberapa dipenuhi bekas cacar air, dan pastinya milik lelaki karena toilet itu memang toilet khusus lelaki. Membayangkan hal itu membuat bulu-bulu halus di tangannya berdiri karena rasa jijik.

Selain itu, ia merasa tidak pernah bisa mengedan secara sempurna jika berak di WC duduk. Ada perasaan seolah-olah sebagian tinjanya masih tertinggal di dalam perut karena ketidaksempurnaannya dalam mengedan. Tidak seperti saat jongkok, posisi duduk menghambatnya dalam mengedan secara maksimal. Tapi dalam situasi darurat semacam itu ia tidak bisa memilih-milih untuk berak di mana, apalagi dua toilet yang ada di sana tidak bisa digunakan. Bahkan kalau sampai ia tidak bisa menemukan toilet umum ia sudah bersiap-siap berak di kebun. Berak di celana adalah pilihan terakhirnya jika ia tidak bisa menemukan tempat untuk berak sama sekali.

Brrroooooottssss sssss.

Serangan pertama langsung meluncur segera setelah ia memeloroti celananya.  Ia tidak perlu usaha lebih untuk mengedan. Tinjanya encer. Ia mencret. Perutnya mulas seperti dililit ular sanca --ia belum pernah dililit ular sanca tapi mungkin rasanya akan seperti itu.

"Bangsat!" dengusnya.

"Tukang ketoprak sialan!" ia memaki dalam hati.

Setiap kali perasaan dililit ular sanca itu menyerangnya yang langsung diikuti oleh semburan tinja cair dari duburnya, ia melayangkan makian kepada ketoprak yang tadi dimakannya.

Bajingan. Keparat. Tai ucing.

Hari ini adalah kencan pertamanya dengan seorang gadis yang dikenalnya dari facebook tiga bulan yang lalu. Nissa nama gadis itu. Nichaa Chayank Kamoe Chelaluw nama akun facebooknya. Mereka belum pernah bertemu. Mereka pertama kali berkenalan di facebook lalu berlanjut dengan saling bertukar nomor ponsel dan pin BBM. Kedekatan mereka berlanjut dari sana. Dari foto-foto yang ia lihat di akun facebook atau yang dipajang di profil BBMnya, ia pikir Nissa gadis yang manis. Wajahnya semi oriental, kulitnya putih, alis tebal dan selalu berfoto dengan posisi yang begitu-begitu saja --kepala miring dengan sudut kemiringan 30 derajat ke arah kanan dan lidahnya melet seperti lambang grup band Rolling Stone.

Setelah menjalin komunikasi yang intens selama tiga bulan terakhir, ia akhirnya berani mengajaknya berkencan. Mereka sepakat untuk bertemu di stasiun Jatinegara dengan alasan tempat itu tidak terlalu jauh dijangkau oleh keduanya. Mereka berjanji untuk bertemu di depan Indomaret dan berencana berjalan-jalan ke Kota Tua setelahnya. Ia sudah membayangkan kencan yang indah dalam kepalanya sebelum rasa mulas seperti dililit ular sanca itu menyerangnya dan membuat imajinasinya buyar seketika.

Nasib sial mungkin sudah menguntitnya saat ia tiba di stasiun Bekasi dan perutnya mulai terasa lapar. Masih ada banyak waktu dan mungkin akan lebih baik jika ia mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum ia menumpang kereta ke stasiun Jatinegara.

Ia sebenarnya tidak terlalu suka makan ketoprak. Tapi saat itu perutnya begitu lapar dan tukang dagang yang mangkal di stasiun hanyalah tukang bakso dan tukang ketoprak. Ia lebih tidak suka lagi makan bakso maka pilihan untuk meredakan lapar di perutnya jatuh kepada tukang ketoprak.

Tukang ketoprak selalu membuatnya kesal. Itu alasan kenapa ia tidak begitu suka makan ketoprak. Mereka mempunyai kebiasaan menaruh kerupuk sebelum mengaduk bumbu-bumbu ketoprak itu dengan sempurna dan merata sehingga ketika kita mengaduk-aduk bumbu ketopraknya, kerupuk-kerupuk itu akan berjatuhan. Memang apa susahnya sih mengaduk bumbu ketoprak dulu sampai rata baru menaruh kerupuknya? Ingin sekali ia protes tapi perut lapar dan janji kencan dengan seorang gadis menahannya. Ia tidak ingin kencannya rusak hanya karena perasaannya berantakan gara-gara tukang ketoprak.

Ia melahap habis ketopraknya. Mulutnya panas karena pedas. Saat tiba di stasiun Jatinegara giliran perutnya yang terasa mulas. Awalnya hanya mulas-mulas biasa lalu lama-lama seperti dililit ular sanca dan ia tahu kalau ia butuh toilet secepatnya.

Brrrooooottssss sssss. 

Serangan ketiga. Dan sekarang ia mempunyai alasan tambahan untuk semakin tidak menyukai ketoprak.

Sesuatu di sakunya bergetar sebanyak lima kali. Pasti pesan dari Nissa. Ia mengambil ponsel dari sakunya, melihat lima pesan masuk di BBMnya. Sesuai dugaannya, dari Nissa.

Qu uda ympe niph.

Kmu dmn eaa?

Qu di dpn Indomart

Pake baju pink

PING!!!

Sambil menahan rasa mulas di perutnya ia membalas.

Qu masi di jln bntar agy eaa..

Ia tidak mau mengaku kalau sekarang ia sedang berak dan mencret. Ia ingat petuah bijak dari kawannya, jangan meninggalkan kesan buruk di kencan pertama dengan seorang gadis. Mengaku sedang berak ditambah mencret akan meninggalkan kesan tidak elok di kepala si gadis. Maka ia lebih memilih untuk mengaku masih berada di kereta daripada bilang sedang berak padahal ia sudah sampai di tempat itu lebih awal.

Braaaaatbreeeet brooooot. Serangan beruntun.

"Anjing tanah!" ia kembali mendengus.

Rasa mulas di perutnya belum juga hilang. Bumbu macam apa yang ditaruh di ketopraknya sampai membuat perutnya meledak-ledak seperti itu dan belum mau berdamai meskipun sudah tiga menit ia duduk di WC.

Setelah ini ia berjanji akan memasukkan ketoprak ke dalam daftar makanan yang tidak akan ia makan lagi seumur hidup. Daftar nomor satu diisi oleh durian, nomor dua oleh sup iga yang pernah ia makan di depan sebuah rumah sakit, nomor tiga oleh soto ayam di stasiun Gambir yang dari aromanya saja sudah sulit dibedakan apakah itu soto ayam atau busa sofa yang kebasahan karena diguyur hujan selama tiga hari tiga malam.

Ketoprak menempati posisi nomor empat.

Lalu ia kembali teringat kawannya yang pernah memberinya petuah tentang bagaimana membuat kencan pertama begitu berkesan. Kawannya itu adalah seorang perawat yang juga punya ketertarikan lebih terhadap sejarah dan kaus kaki wanita dan memuja Asia Carrera dan pernah bercerita kalau Asia Carrera mempunyai IQ sebesar 180.

"Pintar-pintar tapi kok milih jadi pemain bokep ya?" ia pernah bertanya kepada kawannya perihal Asia Carrera.

Kawannya hanya menjawab enteng, "itu membuktikan kalau kebanyakan laki-laki itu dungu. Mereka lebih senang dengan wanita berbokong bagus daripada wanita berotak encer"

"Kamu sendiri lebih milih mana, wanita berbokong bagus tapi tolol atau wanita cerdas tapi bokongnya tepos?" 

"Tentu saja milih wanita berbokong bagus juga cerdas. Itulah kenapa aku suka sama Asia Carrera."

"Oh, pantas saja sampai sekarang kamu masih jomblo"

"Bajingan!"

Breeeetss breeeettt breeeeetsss. Serangan susulan. Perutnya masih saja terasa mulas dan anusnya mulai terasa panas. 

"Ketoprak jahanam!!"

PING!!!

PING!!!

PING!!!

Uda ympe blund?

Nissa kembali menghubunginya. Ia semakin gelisah. Perutnya masih belum mau berdamai dan tidak ambil peduli kalau pemiliknya sudah mempunyai rencana kencan dengan seorang gadis.

Jangan datang terlambat dan membuat pasangan kencanmu menunggu. Sungguh, tidak ada seorang pun yang senang menunggu kecuali kalau pasangan kencanmu adalah sopir angkot yang senang berlama-lama ngetem menunggu penumpang penuh. Petuah bijak nomor dua dari kawannya kembali terngiang. Ia tahu Nissa bukanlah sopir angkot dan ia sudah lama menunggu dan mulai bosan. Bahkan mungkin ia juga mulai kesal. Tapi rasa mulas seperti dililit ular sanca masih belum mau pergi dari perutnya. Padahal ia sendiri sudah mulai pegal dan anusnya terasa seperti dibakar.

Ia mencari berbagai alasan.

Eaa bentar agy kretanya ketahan niph huftbgt..

Nissa tidak membalas. Ia semakin gelisah dan takut kencannya akan berantakan.

Breeeetsss.

Breeetttss.

Cairan cokelat memyembur dari duburnya. Ia semakin kepayahan.

Breeeeettttssss. Berbarengan dengan itu ponselnya berdering. Ia melihat layar ponsel dan menemukan nama Nissa di sana. Ia kebingungan. Ia tidak bisa menjawab panggilan itu. Kebohongannya bisa terbongkar. Suara gema di dalam toilet bisa membuat Nissa tahu kalau ia sedang tidak berada di kereta. Ia juga takut suara semburan dari duburnya bisa didengar oleh Nissa. Lebih baik jangan diangkat, biarkan saja, pikirnya.

PING!!!

PING!!!

PING!!!

Nissa sudah mulai kesal rupanya. Ia bertambah gelisah. Mukanya sepucat mayat. Perutnya masih mulas-mulas.

Breeeetttttss lagi.

PING!!!

Kmu dmn cih?!!

Breeetttsss. Brooooottttsss.

Ia semakin kepayahan. Serangan itu belum mau berhenti sementara Nissa sudah mulai bosan menunggu. 

Lagi-lagi ponselnya berdering. Kali ini ia sudah tidak mempunyai pilihan lain. Ia harus segera menemui Nissa. Dengan mulas yang masih tersisa ia memaksakan berhenti berak. Ia tidak mau rasa mulas itu membuat kencan pertamanya dengan Nissa berantakan. Lebih baik ia menahan mulas selama kencan daripada membuat gadis itu kecewa.

Ponselnya masih berdering. Ia menekan tombol flush di belakangnya. Tidak ada air yang keluar sama sekali. Ia menekannya lagi. Masih tidak ada air yang keluar. Ia menekannya lagi. Masih tetap sama. Tidak ada air yang keluar dan tinja cokelatnya yang encer masih mengambang di sana dan mulai bau. Ia tidak bisa menyiram tinjanya. Flushnya rusak.

"Anjing!"

Kali ini ia meraih kran air yang ada di depannya. Ia memutarnya. Air keluar sedikit, sedikit, sedikit lalu berhenti. Dan ketika ia melongok ke dalam ember yang ada di bawahnya ia baru sadar kalau embernya kosong.

"Bangsaaaaaaat!"

Ia tidak bisa menyiram tinjanya dan tidak bisa cebok. Ponselnya terus-menerus berdering. Dan perutnya mulas. Dan anusnya panas. Dan di sana bau sekali.



Tambun Selatan, 8 Januari 2016




Selasa, 05 Januari 2016

Si Kacung

Orang-orang di kampung memanggilnya Kacung. Ketika teman-teman sebayanya sudah duduk di kelas 5 SD Kacung masih tetap tinggal di
kelas 2. Di tahun selanjutnya Kacung memutuskan untuk berhenti
sekolah. Kini kerjanya hanya menggembala kambing di sawah. Atau
mengambil rumput untuk pakan kambingnya.

Sore itu Kacung tertidur setelah seharian mengambil rumput. Ketika
terbangun matahari sudah tergelincir di ufuk barat. Ia lalu bergegas
pulang karena takut hari keburu malam.

Sawah tempatnya mengambil rumput terletak cukup jauh dari kampungnya. Sawah itu terletak di pelosok kampung yang berbatasan dengan hutan luas dan sebuah lembah. Setelah musim panen usai orang-orang di kampung biasanya akan berburu babi di hutan itu bersama anjing-anjing yang sudah mereka latih.


Kacung mempercepat langkahnya. Rumput yang ia pikul terasa berat tapi ia tetap memaksakan langkahnya. Kadang ia menyelanya dengan berlari-lari kecil. Langit sudah mulai gelap dan ia tidak membawa penerang apa pun.

Ketika berjalan menyusuri tepian sungai Kacung berpapasan dengan tiga
orang manusia yang terlihat aneh di matanya. Tubuh mereka
pendek-pendek tapi berambut panjang sebahu. Mereka hanya
bertelanjang dada. Salah seorang diantara mereka terlihat membawa
banyak ikan. Mungkin mereka habis memancing dan akan pulang ke
rumahnya. Tapi Kacung heran karena jalan yang diambil ketiga orang itu
berlawanan arah dengan jalan menuju kampung.

"Mau pada ke mana, Mang?" Kacung menyapa ketiga orang itu.

Tidak ada yang menjawab sapaannya. Ketiganya malah berbicara satu sama
lain dengan bahasa yang tidak Kacung mengerti.

Orang-orang yang aneh, pikir Kacung. Dari tubuh mereka tercium bau
amis yang luar biasa menyengat hidungnya. Suara mereka sengau seperti seseorang yang sedang terserang pilek berat. Yang paling aneh dari ketiga orang itu adalah kakinya. Mereka mempunyai tumit kaki terbalik. Tumit kaki mereka berada di depan sedangkan jari kakinya di belakang. Dan mereka terus berbicara dalam bahasa yang tidak Kacung mengerti.

Naluri Kacung mendorongnya untuk tidak berlama-lama berada di sana. Kacung memutuskan untuk segera
pergi meninggalkan mereka. Langkahnya semakin cepat.

Langit semakin gelap. Bau amis ikan dari orang-orang aneh itu masih menempel di hidungnya.
Suara dan bahasa aneh mereka juga masih terngiang di telinganya. Kacung
tidak lagi berjalan. Ia mulai berlari. Rumput yang sedari tadi dipikulnya ia tinggalkan begitu saja. Ia ingin segera sampai ke rumahnya. Ia tidak lagi peduli dengan keringat yang mulai membasahi tubuhnya, perih yang bersarang di telapak kakiknya dan rasa pegal pada betis-betisnya. Ia ingin segera sampai di rumah. Hanya itu.

Tapi sejak hari itu Kacung tidak
pernah kembali ke kampungnya.