Jumat, 05 April 2013

Green Day Dalam Uno, Dos dan Tre

Kata Bob Dylan –yang saya kutip dari salah satu essai Taufiq Rahman- sebelum menyanyikan Blowin’ In The Wind untuk pertama kalinya, “this here ain’t a protest song”. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Dylan, sebenarmya tidak ada lagu protes sosial atau yang kita sebut juga dengan protest song. Mungkin lebih tepat untuk menyebut protest song seperti pernyataan Barry McGuire  (yang masih saya kutip dari essainya Taufiq Rahman*) sebagai berikut, “it’s not exatcly a protest song. It’s merely song about current event”. Green Day adalah salah satu contoh yang paling tepat dari pernyataan tersebut.
Kesuksesan American Idiot memang tidak hanya terletak dari musiknya yang terdengar lebih ambisius dan megah untuk band seukuran Greeen Day (jika dibandingkan dengan album-album Green Day sebelumnya), tetapi lebih karena American Idiot berhsil menangkap moment yang tepat kondisi politik Amerika saat itu. Terutama setelah Bush memutuskan untuk menginvasi Afganishtan dan Irak sebagai dalih untuk menegakkan keamanan dunia dari teroris pasca peristiwa 11 September. Dengan lirik yang lebih politis, American Idiot seakan menjadi corong bagi suara rakyat Amerika yang tersisihkan, yang begitu suksesnya sehingga American Idiot pun diangkat ke panggung Broadway.
5 tahun berlalu setelah kesuksesan American Idiot, era pemerintahan Bush digantikan dengan pemerintahan Obama yang katanya memberikan harapan yang lebih baik. Tapi Green Day masih gusar, moment  transisi itu kemudian mereka abadikan lewat album 21st Century Breakdown, sebuah album yang lebih terkonsep dibandingkan dengan American Idiot, menceritakan sepasang kekasih dalam sosok Christian dan Gloria dalam menghadapi abad yang sedang menuju kehancuran. Selain berisi balada-balada megah penuh keputus asaan (21 Guns, Heart Restless Syndrome) album ini juga masih menyimpan daya ledak kritikannya buat pemerintahan Obama lewat lagu-lagu seperti 21st Century Breakdown, Before The Lobotomy maupun Horseshoes And Handgrenades. Juga kritikan untuk para kaum religius konservatif melalui East Jesus Nowhere dan Christian’s Inferno.
Kini kita sudah sampai di penghujung tahun 2012 dan memasuki tahun 2013. Obama kembali terpilih sebagai presiden Amerika untuk kedua kalinya. Tapi apakah Green Day masih gusar terhadap pemerintahan kedua dibawah Barrack Obama? Sayang sekali, jawabannya adalah tidak. Mereka hanya ingin bersenang-senang. Merilis 38 lagu yang terbagi menjadi 3 album dan dirilis dalam waktu kurang dari 6 bulan , inilah Green Day dalam Uno, Dos dan Tre. Dan bagi mereka yang kagum pada pencapaian Green Day di album American Idiot bersiap-siaplah untuk kecewa.
Uno, Dos dan Tre adalah proyek hura-hura Billie Joe Armstrong dkk. Mereka hanya ingin bersenang-senang,  entah karena pemerintahan kedua Obama ini sudah tidak perlu diprotes lagi atau karena issue-issue semacam Occupy Wall Street dan perdagangan senjata api bukanlah issue yang menarik disajikan lewat lagu, yang jelas kita tidak akan lagi disuguhi nyanyian ketus Billi Joe semisal, I’m not a part of the redneck agenda. Mereka lebih memilih untuk berhura-hura sambl sesekali bernostalgia ke masa ketika mereka berumur 22.
Trilogi pertama, Uno, secara musikal memang memakai pendekatan sound di era Dookie hingga Warning, dengan suara gitar yang riang dan dentuman bass yang khas dari Mike Dirnt. Seperti pada lagu pembuka, Nuclear Family. Nada-nada riang juga bisa didengar pada lagu semisal Carpe Diem atau Let Yourself Go dengan sedikit lebih ngebut. Singel pertama Oh Love juga terdengar manis dengan suara gitar patah-patahnya, tetapi sayang liriknya (dan di kebanyakan lagu) terasa sangat cheesy untuk band sekelas Green Day.
Memasuki trilogi kedua, Dos, kali ini tensi sedikit meningkat. Dos adalah garage rock versi Green Day. Secara eksplisit juga Dos mengesankan kesan nakal yang ingin Green Day tunjukkan lewat trilogi ini. Hal itu bisa didengar lewat lagu Fuck Time, Make Out Party dan Lady Cobra. Jika pada album Uno lagu tentang pesta diwakili oleh Kill The DJ, maka pada Dos lagu itu ada pada Nighlife, pendekatannya sama, beat disco ecek-ecek versi Green Day.
Jika dibandingkan dengan 2 album sebelumnya, trilogi ketiga, Tre, saya anggap masih lebih baik. Tre mewarisi balada-balada megah warisan dari album 21st Century Breakdown, lewat lagu pembuka Brutal Love. Hobi Gren Day yang suka menggabung-gabungkan lagu ala Jesus Of Suburbia juga bisa didengar dalam Tre. Contohnya pada Dirty Rotten Bastard yang riang. Sisa lagu lainnya sama saja. Lagu-lagu cinta dan nostalgia yang bertebaran dari Uno hingga Tre.
Secara keseluruhan sebenarnya  trilogi ini tidak berisi lagu-lagu yang buruk, apalagi jika anda memang penggemar Green Day pra-American Idiot. Saya pastikan anda akan menyukai Stray Heart dari album Dos, atau Amy (masih dari album Dos) lagu penghormatan untuk almarhum Amy Winehouse yang memakai pendekataan seperti lagu Good Riddance (Time Of Your Life). Tapi selebihnya, bagi telinga saya pribadi tidak berkesan istimewa. Bukan hanya karena saya merasa kehilangan lirik-lirik politis dari Billie Joe Armstrong, tapi karena mendengar dia bernyanyi seperti pada Fell For You maupun membayangkan ketiga pria yang sudah masuk kepala 4 seolah-olah masih remaja berumur 22 adalah hal yang sangat menggelikan. Memang ada juga momen-momen menghanyutkan saat Billie Joe bernyanyi pada lagu The Forgotten, lagu penutup trilogi ini, sebuah himne untuk orang-orang yang terlupakan dimana Billie Joe bernyanyi “sometimes you’re better lost than to be seen” dengan diiringi dengan dentingan piano. Sesaat momen itu memang terdengar sangat mengaharukan (terutama bagi anda yang merasa sebagai orang-orang yang “terlupakan”) sebelum kemudian momen penuh haru itu berganti dengan kecewa, karena saya tahu lagu itu pula yang menjadi salah satu soundtrack film vampir-Tje-Fuk-sejuta-umat-paling-overrated-sepanjang-tahun-2012. Ya, Breaking Dawn.
Ahhhh ternyata memang benar apa yang dibilang Bob Dylan.


*essai Taufiq Rahman yang berjudul Protest Song bisa dibaca di buku kumpulan essai milik Taufiq Rahman yang berjudul Lokasi Tidak Ditemukan