Rabu, 17 Februari 2016

Cerita Sedih

Aku duduk di salah satu anak tangga. Ruang ICU ada di atasku. Seorang pasien baru saja dipindah ke ruangan itu beberapa menit yang lalu. Ia baru selesai menjalani operasi untuk mengangkat laringnya, selama lebih dari lima jam. Aku ikut dalam operasi tersebut dan berdiri lebih dari lima jam membuat pinggangku terasa sakit.

Sudah pukul sepuluh malam. Pintu lift di depanku tiba-tiba saja terbuka tapi tidak ada seorang pun di dalam sana. Mungkin pintu lift itu rusak. Mungkin juga ada hantu. Entahlah, aku hanya ingin merokok tapi di sini tidak bisa merokok dan pinggangku terasa sakit.

Aku memikirkan pasien yang baru saja diangkat laringnya. Ia akan kehilangan suara untuk selamanya --sebenarnya dengan memasang sebuah alat dan mengikuti terapi, ia masih bisa bicara kembali meskipun tidak akan seperti dulu sebelum laringnya diangkat-- dan sebuah lubang akan menghiasi lehernya, juga untuk selamanya. Suster-suster senior di tempatku sering menasehatiku untuk berhenti merokok. Mereka bilang nanti laringku akan bernasib sama seperti itu dan aku akan kehilangan suaraku.

Aku hanya tersenyum menanggapi nasehat mereka. Mereka memang baik, tapi aku tidak peduli.

Aku tidak pernah menyangkal kalau merokok memang tidak baik untuk kesehatan. Tapi sederhana saja, bagiku ini hanya masalah pilihan. Aku memilih untuk merokok dan mungkin suatu hari laringku juga akan diangkat dan aku akan kehilangan suaraku (meskipun sebenarnya aku juga tidak begitu suka dengan suara cemprengku yang mirip Billy Corgan ketika bernyanyi Bullet in Butterfly Wings). Atau bisa saja aku memilih untuk tidak merokok dan menjalani hidup sehat --makan menu 4 sehat 5 sempurna, jogging setiap sore, yoga, dan berbagai anjuran hidup sehat lainnya -- dan mungkin suatu hari seorang pemuda mabuk menabrakku dengan mobil sportnya dan aku mati. Atau tiba-tiba saja ada sebuah pesawat jatuh tepat di atas atap rumahku ketika aku sedang berak dan aku tertimpa reruntuhannya dan aku mati. Atau ada orang gila yang memasang bom di tubuhnya dan meledakkan diri ketika aku sedang menikmati kopi. Ujung-ujungnya --merokok atau tidak-- aku tetap akan mati. Dan mati. Dan mati. Dan mati.

Tiga minggu yang lalu salah seorang kawanku juga mati. Ia mati karena demam berdarah. Kasihan juga, ia mati karena digigit nyamuk. Tapi setidaknya ia bisa merasa berbangga sedikit, cara matinya sama seperti Iskandar Agung dari Makedonia. Sama-sama mati karena digigit nyamuk. Untuk hal yang satu itu, selera humor Tuhan memang tidak buruk-buruk amat. Manusia yang katanya makhluk paling sempurna bisa mampus hanya karena digigit nyamuk yang katanya, sebelum menggigit, nyamuk itu akan meludahi kulit mangsanya terlebih dahulu. Lucu sekaligus menyedihkan. Hidup memang penuh cerita-cerita sedih.

Dulu, Tuhan pernah menciptakan manusia yang pandai bermain gitar bernama Jimi Hendrix. Dan demi Tuhan, manusia seperti Jimi Hendrix hanya terlahir 100 tahun sekali di dunia ini. Tidak gitaris yang sehebat Jimi Hendrix. Tapi ia keburu mati muda, usia 27, karena...tersedak muntahannya sendiri. Tai betul, memang. Tapi sumpah, aku selalu ingin tertawa sekeras-kerasnya dengan lelucon Tuhan yang satu ini.

Aku sering memikirkan tentang kematian meskipun sebenarnya aku tidak pernah suka melihat orang mati. Tidak elegan. Aku pertama kali melihat orang mati ketika masih kelas dua SD. Tetangga depan rumahku sekarat. Ia sekarat di atas tempat tidurnya dan menjadi tontonan banyak orang. Matanya melotot, nafasnya tersengal-sengal, dan ia tidak bisa bicara apa pun. Begitu terus sampai akhirnya ia mati. Beberapa tahun kemudian aku juga melihat seorang perempuan sekarat setelah ia ditabrak sebuah mobil ketika hendak menyeberang jalan. Darah menggenang dari bawah kepalanya, ia menggelepar sebentar sebelum kemudian mati. Dan menjadi tontonan banyak orang. Tidak elegan sama sekali, bukan?

Aku lebih senang membayangkan ketika manusia mati tubuhnya akan berubah menjadi ribuan kunang-kunang. Tubuhnya akan terburai --mulai dari kepala dan terus menjalar ke ujung jari kakinya-- menjadi bintik-bintik kecil bercahaya, yang berjumlah ribuan dan menyala seperti sebuah kembang api lalu lenyap di udara. Berubah menjadi kunang-kunang, menurutku, adalah cara membayangkan kematian yang lebih elegan.

Semalam kawan dekatku datang ke rumah. Ia bercerita panjang lebar kalau dirinya batal menikah. Ia bercerita sambil sesegukan menahan tangisnya. 

Kawan dekatku itu sudah berpacaran selama lima tahun dan berencana menikah tahun ini. Kedua pihak keluarga sudah setuju dan berencana menikahkan mereka di bulan Mei. Itu berarti tinggal tiga bulan lagi. Tapi rencana itu harus gagal karena uang yang kawanku tabung untuk biaya pernikahannya harus ludes semua di atas meja judi. Kalau ini sebuah lelucon lain dari Tuhan maka aku anggap leluconnya kali ini buruk sekali.

Kawanku bercerita terus sambil menangis sesegukan dan bilang kalau ia sangat menyesal sampai-sampai ingin bunuh diri saja. Aku mencegahnya, ya tentu saja. Aku bilang, "mati itu mudah, kawan. Yang sulit justru tetap bertahan hidup di tengah kehidupan yang nilai-nilai kemanusiaannya sudah mati. Hargailah hidupmu."

Aku merasa sangat keren sekali ketika mengatakan hal itu. Tapi kawanku tetap bersedih dan terus saja menangis.

Aku menjadi ikut merasa bersedih dan semalaman ikut memikirkannya. Aku bahkan sampai memimpikan kawanku itu. Di dalam mimpi aku membacakan sebuah puisi untuknya. Aku ingat satu bait dari puisi di dalam mimpiku itu, 

Segelas sekoteng cukup untuk menghangatkan tubuhmu

Tapi tidak hatimu

Hatimu mungkin jauh lebih dingin
Daripada hujan di tahun baru Imlek

Hidup memang penuh dengan cerita-cerita sedih.

Sudah pukul sepuluh lewat. Aku harus segera pulang. Aku berdiri dan menepuk-nepuk bagian belakang celanaku untuk membersihkan debu yang menempel setelah duduk di sana beberapa menit. Pinggangku masih terasa sakit walau cuma sedikit. Aku berjalan menuju mesin absen. Di ruang tunggu pasien aku masih melihat tiga orang lelaki yang sedang duduk dengan bosan dan seorang perempuan yang sedang mendengarkan musik di ponselnya. Bibirnya bergumam ikut bernyanyi. Aku tidak bisa mendengarnya. Mungkin ia sedang bernyanyi lagu-lagu cinta atau lagu-lagu patah hati, sebab hidup penuh dengan cerita-cerita sedih.

Aku berjalan menuju motorku yang diparkir di belakang kios penjual koran. Parkiran sudah mulai sepi, hanya ada beberapa deret motor yang mengisinya. Mungkin itu motor-motor dari para penunggu pasien atau dari perawat yang kebetulan bertugas malam.

Sudah pukul setengah sebelas dan aku mulai mengantuk. Aku ingin segera sampai di rumah dan tidur. Aku menghampiri motorku dan merogoh saku celanaku. Aku tidak menemukan kunci motorku di sana. Aku merogoh saku celanaku yang lain dan aku tetap tidak menemukan kunci motorku. 

Aku mencoba mengingat-ngingat kembali di mana aku menyimpan kunci motorku. Rasanya kunci motor itu tidak pernah beranjak dari saku celanaku? Aku membuka tasku dan mengeluarkan semua isinya. Sebuah dompet, buku catatan, dua buah bolpoin, sabun cuci muka, sebuah pasta gigi dan sikatnya, beberapa struk belanjaan, kunci loker, dan tidak ada kunci motor. Ah, tai!

Aku menghampiri tukang parkir yang terlihat mengantuk di posnya dan bertanya apakah ia menemukan sebuah kunci motor atau apakah ada seseorang yang menemukan kunci motor dan menitipkan kepadanya? Ia bilang tunggu sebentar. Aku melihatnya membuka-buka laci, mencari sesuatu dan tampaknya ia tidak menemukan apa pun. Ia bilang tidak ada yang menemukan sebuah kunci motor dan menyarankanku untuk pergi menemui satpam, barangkali satpam itu menemukannya.

Aku memutar langkahku menuju pos satpam dan sudah hampir pukul sebelas. Aku mulai mengantuk dan aku lihat satpam itu juga mengantuk. Aku bertanya kepadanya apakah ia menemukan sebuah kunci motor atau ada seseorang yang menitipkan sebuah kunci motor kepadanya? Dengan malas ia membuka buku catatan berwarna hijau di depannya dan membaca beberapa baris tulisan. Ia kemudian menutup bukunya, menatap mukaku dan menggeleng. Tidak ada yang menemukan kunci motor hari ini. Tapi sebelum pergi satpam itu meminta nomor motorku dan menuliskannya di sebuah buku yang lain.

Aku kembali berjalan. Kali ini menuju lokerku. Tinggal itu satu-satunya harapanku. Aku tidak yakin kunci motorku ada di loker tapi semoga saja kunci itu betulan tertinggal di sana. Aku kembali melewati bangku penunggu pasien. Perempuan yang tadi mendengarkan musik sudah tidak ada di sana. Tinggal tiga orang lelaki yang tampaknya kebosanan mereka sudah sampai di ubun-ubun.

Aku membuka lokerku dan mengubek-ubek isinya. Tapi kunci motor sialan itu tidak ada di sana. Aku mencoba kembali mengingat-ingatnya tapi aku sama sekali tidak ingat. Sudah pukul sebelas lewat dan aku sangat mengantuk dan kunci motor sialan itu belum ketemu.

Aku kembali duduk di bawah anak tangga yang tadi aku duduki. Untuk memastikan aku kembali mengecek isi tasku. Sebuah dompet, buku catatan, dua buah bolpoin, sabun cuci muka, sebuah pasta gigi dan sikatnya, beberapa struk belanjaan, kunci loker, dan tidak ada kunci motor. Ah, tai!

Aku terduduk lemas di bawah tangga. Ruang ICU ada di atasku. Seorang pasien baru saja diangkat laringnya. Kawanku mati karena demam berdarah. Jimi Hendrix mati tersedak muntahannya sendiri dan kawanku yang lain batal menikah karena kalah judi. Dan aku kehilangan kunci motor sialan itu.

Aku ingin sekali merokok tapi di sini tidak bisa merokok. Hidup memang penuh dengan cerita-cerita sedih ya? Ah, tai!

RSCM-Tambun, 17 Februari 2016

Minggu, 14 Februari 2016

Selamat Ulang Tahun, Pak Mbeb

Antonio Nurhega


"Selamat ulang tahun, Pak Mbeb. Semoga tambah panjang.."

"HBD WYATB"

"Traktir dulu lah baru ngucapin"

"Selamat ulang tahun, Pak Mbeb, silahkan berdoa biar saya yang mengamini"

"BITCH!!"

Arief mengakhiri percakapan di grup whatsapp Garda Syndicate dengan kata bitch. Garda Syndicate adalah nama grup whatsapp mereka berlima, sekaligus nama perusahaan yang sedang mereka rintis sejak empat tahun lalu semenjak mereka lulus kuliah. Sebuah event organizer yang sering mengadakan kegiatan konser di daerah Cirebon. Terkadang mereka juga berubah menjadi sebuah wedding organizer, tergantung orderan. Kini Garda Syndicate bisa dibilang event organizer terbesar di daerah Cirebon.

Pesan pertama dari Tiago, seorang sarjana kimia. Orangnya jenius namun tidak ambisius dan jauh dari kata religius. Walaupun tidak ambisius, ada sebuah tragedi yang membuatnya menjadi ketua senat di kampusnya. Waktu ospek dia sangat menentang perpeloncoan. Menurutnya perpeloncoan adalah tradisi peninggalan masa Orba, kurikulum saja berubah kenapa budaya perpeloncoan tetap saja dipertahankan. Semua rekan-rekannya mendukung, sebagian dosen juga mendukung, maka tak pelak dia terpilih menjadi ketua senat. Satu hal yang menjadi kelebihan Tiago adalah pencitraan. Dia mempunyai citra bagus di lingkungan sekitarnya. Tidak banyak yang tahu kalo dia sebenarnya seorang pecinta bokep sejati, he’s the bandar, dia juga suka mabuk-mabukan. Tapi menurutnya, kebiasaannya itu tidak ada hubungannya dengan apa yang dipimpinnya. Dia menganalogikannya dengan desa Konohagakure, sebuah desa dalam serial komik Naruto. Pemimpin mereka atau yang disebut hokage kelima adalah seorang perempuan bernama Tsunade. Tsunade adalah seorang penabuk dan senang main judi tapi toh dia bisa memimpin desa Konoha dengan baik. Setelah Tsunade mundur, dia digantikan oleh Kakashi Hatake, ninja tekuat di Konoha yang sayangnya adalah seorang penyuka novel-novel mesum. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Kakashi adalah ninja jenius yang dipercaya penduduk Konoha untuk jadi Hokage. Analogi konyol.

Pesan kedua datang dari Yosie. Tanpa Yosie, Garda Syndicate tidak bisa sebesar ini. Ayah Yosie adalah orang terpandang, pengusaha sukses dan punya banyak relasi. Sejumlah event besar yang diadakan oleh Garda Syndicate berasal dari relasi ayah Yosie, pun demikian dengan modal awal yang tak lain dan tak bukan berasal dari kocek ayah Yosie.

Ricky Joe Armstrong, pesan ketiga berasal darinya. Jika ada yang bertanya siapa yang lebih jenius daripada Tiago, maka Ricky lah jawabannya. Sarjana matematika ini jenius keterlaluan. Sejak usia 22 tahun dia selalu jadi joki tes CPNS. Sebelum ujian CPNS berganti format CAT, dalam setahun hampir 5 kali dia jadi joki, dan semuanya lulus. Dia sendiri tidak berniat jadi PNS, ambisinya bukan itu. Sekarang format seleksi CPNS sudah berganti jadi sistem CAT, sistem berbasis komputer, yang menyulitkannya untuk jadi joki lagi, pendapatannya pun menurun drastis.

Dari kelima di antara mereka, Beny lah yang paling religius. Dia rajin jumatan seminggu sekali. Pembawaannya kalem. Dia mengerti soal permesinan. Setiap ada event dialah yang berada di belakang panggung. Mengatur sound sistem, pencahayaan, dan urusan teknis lainnya.

Yang terakhir adalah Arief, yang biasa dipanggil Pak Mbeb. Dia yang berulang tahun hari ini. Walaupun dia yang sedang ulang tahun tapi maaf saja, dia bukan tokoh utama dalam cerpen ini, makanya deskripsinya sedikit saja. Yang pasti, sebentar lagi dia melanjutkan studi S2 ke luar negeri, sesuatu yang membuat keempat temannya iri.

Hari ini adalah ulang tahun Pak Mbeb yang ke 27. Mereka berencana mengadakan sebuah acara. Setahun yang lalu, saat acara ulang tahun Pak Mbeb yang ke 26, mereka mengadakan perayaan di sebuah restoran cepat saji. Acara yang membosankan menurut Tiago, sampai-sampai dia tertidur. Ide jahil kemudian muncul di kepala keempat temannya, mereka meninggalkan Tiago yang tertidur di restoran sementara mereka semua pergi. Tiago sangat marah, dia tidak bisa dihubungi selama dua minggu dan hanya sebuah gelaran event besar yang membuat Tiago kembali mau menemui mereka berempat. Kejadian itu juga yang membuat Tiago dendam sampai sekarang. Tidak mau kejadian tahun lalu terulang kembali, tahun ini Tiago yang mengatur acara.

Rencananya, perayaan ulang tahun Pak Mbeb yang ke 27 kali ini akan diadakan di tempat Ricky. Di kaki gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Tempat yang dingin cocok buat mabuk-mabukan, kata Tiago. Ada sedikit masalah untuk acara kali ini, orang tua Ricky tidak suka kalau mereka main karena perilakunya yang suka mabuk-mabukan. Hal itu juga sangat ditentang oleh masyarakat sekitar. Tapi Tiago bisa menyakinkan mereka, Tiago akan bertanggung jawab pada semuanya. Orang tua Ricky pun setuju, dengan syarat tidak diadakan di rumah mereka, tapi di rumah kosong bekas rumah kakek Ricky yang berada di tengah hutan. Tiago malah senang jika acaranya di tempat itu. Sedari awal Tiago memang ingin acaranya diadakan di tempat yang lebih sepi.

Rumah almarhum kakek Ricky sangat indah, terletak di tengah hutan, berbentuk panggung yang terbuat dari kayu. Di belakang rumah terdapat sebuah kolam ikan yang tidak ada ikannya. Setelah seharian mereka membereskan rumah, malamnya mereka siap berpesta. Tersedia berbagai makanan, ada ayam bakar, ikan bakar, dan sebuah kue ulang tahun super besar dengan satu lilin. Sengaja hanya satu lilin, biar seperti babi ngepet, kata Tiago sambil tergelak.

"Birnya mana nih?" Ricky menagih bir kepada Tiago.

"Oke, tunggu sebentar" Tiago segera bergegas ke belakang untuk mengambil bir.

"Kali ini saya juga akan minum bir, untuk merayakan ulang tahun Pak Mbeb" ucap Beni.

"Gitu dong, Ben. Biar jadi laki" sebuah pukulan kecil Yosie hantamkan ke pundak Beni, memberikan Beni dorongan lebih untuk take a beer.

"Minuman datang" Tiago datang dengan 5 gelas bir di tangannya.

"Saya kira akan disediain bir dalam kaleng yang sudah di kocok-kocok sebelumnya, dan pas dibuka birnya akan nyembur ke muka saya" Pak Mbeb yang berulang tahun malam itu sudah berpikiran buruk, seolah-olah akan ada kejutan yang tidak menyenangkan buat dia.

"Tenang saja, kejutannya akan lebih dari ini. Mari bersulang!" Tiago mengangkat gelasnya dengan senyum menyeringai.

Pak Mbeb, Yosie dan Beni langsung meminum bir. Ricky dan Tiago saling berpandangan, Tiago mengedipkan sebelah mata, pertanda acaranya sukses. 

Gluk...glukk.. Ricky meminum dua tegukan bir.

Bruk, bruk, bruk. Pak Mbeb, Yosie dan Beni terjatuh, mulutnya mengeluarkan busa. Ricky menghampiri mereka namun bruk, dia juga terjatuh, tenggorokannya terasa panas, tubuhnya sulit digerakkan. Matanya melihat ke arah Pak Mbeb yang tadi kejang-kejang namun sekarang sudah tidak bergerak. Kaku.

Syuuuur..syuuur. Tiago menumpahkan  bir yang ada di tangannya ke muka Pak Mbeb.

"Selamat ulang tahun, Pak Mbeb, semoga kalian bahagia di neraka sana. Kalian tahu? Sudah setahun saya merencanakan semua ini, semenjak kalian meninggalkan saya sendirian di tempat buruk itu dan membuat saya malu. Kali ini bisa dilihat siapa yang menang? Gimana rasanya bir dicampur sianida? Enak, bukan? Hahahaha" tawa Tiago membelah kesunyian hutan. 

Ricky sudah tidak bisa melihat, gelap. Yosie dan Beni sudah lebih dulu merasakan kegelapan. Dan Pak Mbeb sudah terbujur kaku.

Keesokan harinya penduduk sekitar dihebohkan dengan penemuan empat orang jenazah yang sudah tidak bisa dikenali, jenazah mereka gosong. Sebuah rumah di tengah hutan terbakar api, diduga api berasal dari lilin kue ulang tahun. Hanya satu orang yang ditemukan selamat dengan luka bakar ringan, ditemukan tak sadarkan diri di kolam belakang rumah yang hangus terbakar. Kejadian tersebut dikenang oleh masyarakat sebagai azab pemuda tukang mabuk.          

Sabtu, 13 Februari 2016

Apa Yang Akan Kamu Lakukan Jika Hidupmu Tinggal Sehari?

Anggap saja suatu hari Izrail si Pencabut Nyawa sedang bermurah hati. Ia akan mendatangi manusia yang akan ia cabut nyawanya hari itu, menyapanya dengan ramah, lalu berkata "oke, kamu akan mati 24 jam lagi. Silahkan lakukan apa pun yang kamu mau --mabuk, ngentot, memaki atasanmu dengan menyebutnya lonte tua pemarah, beramal di panti asuhan, menulis surat wasiat, mewakafkan hartamu untuk yayasan anak yatim. Atau bisa saja kamu tidak melakukan apa-apa dan tidur seharian sampai kamu mati, terserahmu saja. Yang jelas 24 jam lagi kamu akan mati."

Ia juga akan berkata seperti itu kepadaku setelah sebelumnya berkata "bangunlah, pemalas" ketika melihatku menggeliat di atas kasur seperti seekor cacing yang dipanggang sinar matahari. Hari masih pagi dan aku masih mengantuk.

Aku, tentu saja, akan merasa kaget. Bagaimana mungkin seseorang bisa masuk begitu saja ke dalam kamarku dan duduk dengan santai dan seenaknya bilang kalau sebentar lagi aku akan mati. Ia pasti orang yang super edan. Zaman sekarang memang mudah sekali menemukan orang-orang edan semacam itu. Banyak hal yang bisa bikin orang-orang jadi edan dan menderita waham kebesaran seperti itu, gagal jadi anggota legislatif misalnya.

Atau bisa jadi aku hanya sedang bermimpi. Semua hal-hal ajaib bisa terjadi dalam mimpi, bukan? Melihat seseorang dengan setelan rapi seperti Jay Gatsby duduk santai bertumpang kaki sambil menggunting kuku-kuku di jari tangannya dan mengaku kalau dirinya adalah malaikat Izrail dan dengan murah hati berkata kalau aku akan mati 24 jam lagi adalah hal yang cuma bisa terjadi dalam mimpi. Ya, pasti begitu. Pasti aku sedang bermimpi.

Lalu orang itu (malaikat, maksudku) akan tertawa terbahak-bahak sambil mengejekku. Sebagai malaikat, ia tentu tahu apa yang sedang aku pikirkan meskipun aku tidak mengatakannya. Mengetahui kalau aku mengiranya orang edan dan menganggap ini semua hanya mimpi membuat tawanya meledak. Sambil terkekeh-kekeh karena tawanya ia menyebutku anak bodoh. Dan ia akan menyebutku anak bodoh sebanyak tiga kali lagi sebelum kemudian ia berdiri, merapikan celana dan setelan tuxedonya, lalu pamit pergi. Ia masih mengingatkanku kalau sebentar lagi aku akan mati dan sebaiknya aku memikirkan apa yang akan aku lakukan selama menunggu kematianku yang kurang dari 24 jam lagi. Sebagai usaha untuk membuatku semakin percaya kalau dirinya adalah malaikat maka ia akan menghilang begitu saja dari hadapanku.

Aku mungkin masih tetap tidak percaya kalau aku baru saja bertemu dengan Izrail yang sedang bermurah hati karena hal-hal semacam itu aku pikir hanya terjadi dalam mimpi. Untuk memastikannya aku melaksanakan petuah nomor 69 yang aku dapat dari tayangan sinetron tentang cara-cara memastikan apakah kamu sedang bermimpi atau tidak ; menampar pipimu sekencang mungkin.

Plaaak!

Sakit. Berarti itu bukan mimpi.

Aku mungkin tidak akan tertidur lagi di sisa pagi itu. Hal-hal ajaib seperti itu kadang ampuh untuk mengusir rasa kantuk dan membuatmu terjaga. Mungkin untuk beberapa menit aku akan bengong seperti orang bego. Maksudku, yaah jika kamu tiba-tiba tahu kalau sebentar lagi akan mati pasti fungsi otakmu akan terganggu untuk sementara waktu.

Yang jelas aku akan bangun dari kasur, pergi ke dapur, menjerang air dan menyeduh kopi lalu berjalan ke beranda rumah, duduk di kursi kayu yang ada di sana, merokok dan kembali memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan. Biasanya setelah merokok dan minum kopi otakku bisa bekerja lebih beres.

Sambil merokok aku mungkin akan berpikir bagaimana kalau aku pergi ke mesjid, memohon ampun dan bertobat kepada Tuhan untuk semua dosa-dosaku, meskipun sebenarnya aku pikir percuma saja dan rasanya tidak adil juga dengan tobat mendadak seperti itu. Katakanlah, jika tadi pagi Izrail tidak menemuiku dan memberi tahu kalau aku akan mati, apakah aku juga akan tetap bertobat? Rasanya tidak. Jadi kemungkinan besar pilihan itu tidak akan aku lakukan.

Mungkin sebaiknya aku mengerjakan hal-hal yang lebih berguna daripada tobat mendadak seperti itu. Membersihkan rumah sepertinya bukan ide yang buruk. Rumahku memang jarang sekali dibersihkan karena aku terlalu malas, jauh lebih pemalas daripada seekor koala. Setidaknya setelah aku mati rumahku sudah bersih dan rapi dan orang-orang tidak perlu repot bersih-bersih jika mereka akan menggelar tahlilan di sana. Terdengar sangat mulia sekali. Membersihkan rumah sebelum mati bahkan terdengar cocok untuk dijadikan judul sebuah sinetron religi.

Ya, itu yang akan aku kerjakan setelah kopiku habis. Tapi sebelumnya aku akan merokok sebatang lagi.

Aku akan berpikir sebaiknya aku memulai dari kamar mandi. Menguras bak air. Rasanya sudah 100 tahun lamanya bak ini tidak pernah dikuras. Ibuku pernah memberi formula yang ampuh untuk membersihkan kerak yang menempel di dalam bak mandi. Campurkan deterjen dengan minuman penambah energi lalu tambahkan air secukupnya. Dijamin semua kerak yang menempel akan luruh. Aku tidak tahu darimana ibuku tahu tentang formula ini. Tapi aku jadi khawatir jangan-jangan beliau juga bisa membuat sebuah bom atom dari bumbu-bumbu dapur. Aku semakin tidak berani melawannya.

Ah, aku jadi teringat ibuku. Mungkin setelah membersihkan rumah aku akan meminta maaf kepada ibuku. Kepada ayahku juga sih. Itu wajib aku lakukan. Bang Onay temanku, pernah bilang kalau ridho Tuhan ada pada ridho orang tua. Jadi kalau orang tuamu tidak ridho kamu masuk surga maka Tuhan pun tidak akan memasukkanmu ke dalam surga. Jangan sampai jalur masuk ke surgaku dipersulit karena kedua orang tuaku merasa menyesal sudah melahirkan dan membesarkan anak sepertiku.

Mungkin mereka akan menganggapku gila karena tiba-tiba saja meminta maaf. Tapi aku tidak peduli, aku harus tetap minta maaf dan jangan bilang kalau aku akan mati sebentar lagi, hal itu bisa bikin mereka mengira aku betul-betul gila. Cukup minta maaf saja. Meskipun aku pikir mereka pada akhirnya akan tetap memaafkanku juga. Tapi memang lebih baik kalau aku meminta maaf terlebih dahulu.

Setelah itu mungkin aku akan berpikr untuk meminta maaf kepada teman-temanku. Beberapa orang di antara mereka ada yang pernah aku isengi dan aku takut mereka menyimpan dendam dan mendoakan hal-hal buruk terjadi kepadaku. Jika rumah mereka terlalu jauh aku jangkau mungkin aku akan meminta maaf via telepon, atau via pesan singkat. Aku rasa begitu juga cukup. Dan untuk beberapa teman dekatku aku cukup berpamitan saja, bilang saja kalau selama ini aku merasa senang sudah berteman dengan mereka. Ya, cukup begitu dan jangan terlalu didramatisir.

Terakhir, mungkin aku akan meminta maaf kepada gadis itu. Aku pernah melukai perasaannya. Sebenarnya ini kejadian yang sudah lama berlalu dan aku pikir ia juga sudah melupakannya tapi karena aku merasa belum meminta maaf kepadanya secara pantas maka sekarang aku harus menemuinya lagi. Aku tahu tempatnya bekerja. Aku akan pergi ke sana, semoga ia ada di tempatnya dan aku bisa meminta maaf secara langsung. 

Ia juga pasti akan merasa keheranan karena aku tiba-tiba saja meminta maaf kepadanya. Mungkin aku akan bilang kalau sebentar lagi aku akan mati tapi hal itu pasti akan membikin ia tambah heran dan menganggapku gila. Mungkin lebih baik aku mengarang sedikit cerita, aku kebetulan lewat ke tempatnya bekerja dan memutuskan mampir untuk sekedar meminta maaf. Aneh juga sih. Atau aku bilang saja kalau aku terkena sebuah penyakit serius dan umurku tidak akan bertahan lama jadi aku memutuskan untuk datang kepadanya dan meminta maaf. Sepertinya cerita terakhir terdengar lebih masuk akal. Dan kemungkinan besar ia akan percaya.

Lalu aku akan pulang kembali ke rumah dan menunggu si Izrail datang. Aku akan mandi dan memakai pakaian kesukaanku --sebuah jersey Manchester United dan boxer bergambar Mario Bross. Aku akan membakar rokok dan bermain gitar dan menyanyikan salah satu lagu yang pernah aku tulis berjudul Berapa Harga Kroket di Rumahmu. Lagu itu aku tulis ketika masih SMA. Ceritanya tentang seorang bocah yang berjualan kroket tapi tidak ada seorang pun yang membelinya karena kroketnya tidak enak. Tapi bocah itu tetap keras kepala dan terus saja berjualan kroket yang rasanya tidak enak itu. 

Aku pikir itu lagu yang sangat bagus. Karena sebentar lagi aku akan mati maka aku mungkin akan memutuskan untuk merekamnya dan siapa tahu setelah aku mati ada seseorang di luar sana yang menemukannya lalu merilisnya.

Setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan. Mungkin aku akan minum kopi lagi, merokok beberapa batang dan bernyanyi beberapa lagu cinta sampai bosan. Mungkin aku akan tertidur karena kelelahan. Aku tidak tahu. Mengetahui kalau sebentar lagi aku akan mati ternyata merepotkan. Memang sebaiknya maut itu dirahasiakan saja. Aku akan sampaikan hal ini kepada Izrail kalau ia datang nanti. Dan sebelum ia mencabut nyawaku aku akan bilang, "sebatang lagi yaa?"

Tambun Selatan, 13 Februari 2016