Jumat, 27 Desember 2013

Catatan Kecil Akhir Tahun



Selasa, 24 Desember 2013

Diluar hujan mulai turun. Untung aku sudah berada di rumah. Tadi sehabis memperpanjang SIM aku sempat mampir ke rumah Egie, kawan dekatku sejak zaman SMP. Ayahnya meninggal minggu lalu. Pak Yaya, biasa aku memanggilnya. Beliau adalah kawan dekat ayahku juga, seperti aku dan Egie. Entahlah, ketika mendengar kabar duka itu aku merasa sedikit aneh. Meskipun aku tidak begitu dekat dengan Pak Yaya tapi aku selalu teringat wajah dan senyum khasnya tiap kali aku mampir ke rumah Egie. Aneh saja ketika kini menyadari beliau sudah tiada. Wajah dan senyumnya pun tidak lagi menyambutku yang hari ini mampir ke rumahnya. Selamat tinggal dan sampai jumpa, Pak Yaya.

Egie terlihat sudah tidak terlalu sedih lagi, meskipun kata si Rasblo dia sempat menangis ketika dia telepon. Wajar saja, Egie pasti merasa sangat kehilangan. Aku juga pasti begitu. Kita sempat berbincang selama beberapa saat, ngopi bareng dan menghabiskan beberapa batang rokok. Sebelum kemudian aku disuruh cepat pulang oleh si bunda (panggilan sayang buat istriku).

Begitulah, kemudian aku tiba di rumah dan hujan turun. Si Mamah (kalau ini panggilan sayang buat ibuku) masak tempe goreng, pete goreng, sambal juga segelas susu hangat. Aku makan dengan lahap. Ah, sungguh nikmat sekali rasanya. 

Sementara aku makan, si Riry (nama lengkapnya Oryza Sativa, anakku) terus mondar mandir tanpa kenal lelah. Dari ruang tamu jalan ke dapur, balik lagi ke ruang tamu, terus ke gudang. Berantakin beras, berantakin pakaian kotor. Dan tidak capek-capek! Mungkin dia lagi senang, soalnya dia baru bisa berjalan. Meskipun kami sekeluarga harus bergantian mengawasinya. Yaah kalian tahu sendiri kalau anak yang baru bisa jalan bagaimana? Minggu ini saja dia sudah 2 kali jatuh yang mengakibatkan benjol di jidat, lecet di hidung, dan memar di pipi. Hebatnya, dia cuma nangis bentar lalu jalan lagi dan ketawa-tawa lagi. Lucu sekali bocah yang satu itu. Saking aktifnya aku kadang menyebutnya si hebring. Hahaha.

Desember ini Riry sudah 15 bulan, si bunda sudah 21 tahun. Waktu berjalan tanpa terasa. Aku sendiri sudah berumur 23 tahun, meninggalkan angka favoritku, 22. Kata orang sih umur segitu masih muda. Tapi aku merasakan apa yang disebut oleh Rizky Akbar sebagai identity crisis. Krisis identitas. Di tempat kerja kebanyakan isinya bapak-bapak dan ibu-ibu. Jadi jangan heran kalau suatu saat kalian mendengarku berbicara tentang kisah pernikahan Ayu Ting Ting atau Asmirandah, atau sengketa Adiguna Soetowo dengan Flo dan Piyu. Ibu-ibu punya kemampuan luar biasa menyampaikan analisis mendalam tentang kasus-kasus tadi. Dan aku mau tidak mau harus ikut mendengarkannya, hampir tiap hari.

Tapi ngomong-ngomong tentang Rizky Akbar, tadi aku menemukan bukunya yang aku pinjam tahun lalu. Madre karya Dee Lestari. Aku mengenal Rizky Akbar pada tahun 2011, beberapa bulan setelah lulus kuliah. Dikenalkan oleh Jemi Alpian, di sebuah warung kopi depan SMA 7 Cirebon. Sebenarnya sebelum itu juga aku sudah pernah bertemu dengannya sekali. Proyek foto kelas waktu itu. Cuma proyeknya gagal. Lalu bertemu lagi di depan SMA 7 Cirebon. Proyek zine. Kali ini berhasil. Tidak terasa juga peristiwa itu sudah berlalu 2 tahun. 

Untuk mengenangnya aku kembali membaca Madre. Padahal kemarin aku baru saja membeli 2 buah buku di kedai buku Bookmarks milik Um Alam. Kedai buku kecil tapi bukunya bagus-bagus. Um Alam memang pecinta buku, cocok juga dia jadi pemilik kedai buku. Dibandingkan dengan para pedagang buku bekas di Pasar Senen atau di Blok M yang tidak ngerti dan cinta buku tapi pasang harga mahal untuk beberapa bukunya.

Diluar hujan masih turun. Aku bisa bersantai sejenak membaca buku, karena tugas menjaga si Riry sedang dijalani sama si bunda. Tahun 2013 sebentar lagi berakhir. Kalau mengurainya satu per satu mungkin banyak peristiwa yang aku lupakan daripada yang aku ingat. Entahlah apakah hal itu penting atau tidak. Yang jelas diluar masih hujan dan aku terpaksa menghentikan kegiatan membaca bukunya karena sekarang giliranku menjaga Riry. 

Ayoo Riry kita main ciluk baa ciluk baa-an

Rabu, 23 Oktober 2013

YOU'RE SO GREAT DAN MISTERI HILANGNYA RESQIOSO

Tiba-tiba Resqioso menghilang. Aku kaget, tentu saja, karena dia adalah salah satu kawan dekatku. Meski pada awalnya aku menanggapinya biasa saja saat Bram, kawanku yang lain, mengabarkan berita itu. Karena kami punya kesibukan masing-masing dan tidak ada aturan di antara kami untuk saling memberi kabar setiap hari. Aku kadang menghubunginya, kadang dia sendiri yang berkunjung ke tempatku.

Tapi cerita itu menjadi lain saat Bram berhipotesis bahwa Resqioso menghilang beberapa saat setelah dia mengirimkan sebuah mixtape dan zine untuk seorang gadis! Ini menarik. Aku tahu Resqioso menyukai gadis itu tapi aku tidak tahu sampai di mana hubungan mereka. Apakah si gadis juga mengetahui perasaan Resqioso? Atau mereka sudah sama-sama saling mengetahui perasaan masing-masing? Atau mungkin Resqioso membawa misi tersembunyi lewat kiriman mixtape dan zinenya? Aku tidak tahu pasti karena Resqioso selalu bungkam mengenai masalah asmaranya kepadaku.

Namun justru di situlah letak hipotesis Bram berpusat. Resqioso, menurut Bram, tidak hanya mengirim mixtape dan zine saja  kepada gadis itu melainkan juga perasaanya. Dengan kata lain, Resqioso menyatakan cintanya kepada gadis itu lewat mixtape!! Dan ini yang membuatku takut, cinta itu bertepuk sebelah tangan dan Resqioso menghilang karenanya.

Aku tahu terkadang cinta bisa membuat seseorang berbuat gila. Tapi aku ragu jika Resqioso sampai harus berbuat nekat karena cintanya ditolak. Aku membuang jauh-jauh semua pikiran buruk yang beterbangan di kepalaku. Meski akhir-akhir ini aku banyak mendengar kabar bunuh diri yang menghampiriku dari berbagai berita di internet maupun surat kabar. Ada siswi SMP yang bunuh diri karena tidak tahan menghadapi pengumuman kelulusan ujian nasional. Ada juga berita tentang lelaki yang menabrakan diri ke arah kereta api yang sedang lewat. Aku berusaha untuk tidak membayangkan kejadian itu menimpa Resqioso. Sungguh merinding membayangkannya.

Aku mencoba memastikan kabar dari Bram tersebut. Aku kirim pesan kontak BBMnya, hasilnya tanda silang, BBMnya tidak aktif. Kemudian aku kirim sms juga, tetap tidak berbalas. Akhirnya aku mencoba menelponnya, dan ponselnya tidak aktif! Aaah aku menjadi benar-benar khawatir. Apalagi mendengar kata-kata Bram yang terus terngiang di telinga, "lalu apalagi yang hendak dicapai jika keinginan terbesarnya sudah terpenuhi?". Aku tahu maksud kata-kata Bram tersebut, keinginan terbesar Resqioso adalah melihat konser Blur di Lapangan D Senayan kemarin. Dan aku ingat betapa bahagianya seorang Resqioso karena bisa melihat idolanya secara langsung. Bahkan aku sampai terharu ketika mendengar dia bercerita bagaimana dia meminjam uang 200 ribu kepada ibunya sebagai tambahan untuk membeli tiket. "Sekali ini saja, Bu, untuk seumur hidup" begitulah pinta dia pada sang ibu. Sang ibu pun luluh dan memberinya uang.

Sekali lagi aku berusaha mencari kabarnya melalui dunia maya, tempat di mana dia selalu aktif berkeliaran di dalamnya. Tapi kemudian aku menemukan hal yang membuat bulu kuduk kembali berdiri. Kicauan terakhirnya di twitter, 3 hari yang lalu, adalah seperti ini, "jendela, kursi, atau pistol di meja~ ". Anjiiing! Aku semakin kalut. Aku menjadi teringat Kurt Cobain, aku merasa seperti Krist Novoselic saat menceritakan pertemuan terakhirnya dengan Kurt Cobain sebelum bunuh diri. Aku bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu kabar darinya.

Sebenarnya aku ingin sekali pergi ke rumahnya. Tapi sial, aku lupa jalan menuju rumahnya. Aku hanya pernah sekali berkunjung ke rumahnya, waktu itu malam hari sehingga aku tidak bisa mengingat tempatnya.

Sekali lagi aku meyakinkan diriku untuk berpikir positif. Aku tahu kadang cinta memang bisa berjalan di luar nalar manusia. Menjungkir balikkan logika. Tapi aku tidak pernah setuju, jika hanya karena cinta dia harus mengakhiri hidupnya. Itu tindakan bodoh menurutku. Sangat bodoh.

Tetapi tetap saja aku tidak bisa tenang. Aku malah kembali teringat pada cerita Resqioso tentang afterconcert-nya Blur. Dia merasa sedikit kecewa, karena You're So Great tidak dibawakan pada konser malam itu. Padahal itu adalah lagu yang sangat ingin sekali dia dengar.

Aku tidak tahu alasan Resqioso menyukai lagu itu.  Tapi mungkin itu adalah nyanyiannya sendiri untuk gadis yg dikiriminya sebuah mixtape. Lagu yang dalam harapan Resqioso akan dibawakan oleh Blur untuknya suatu saat nanti secara personal. Atau mungkin juga lagu yang akan dia nyanyikan juga untuk gadis penerima mixtape di altar pernikahan mereka nanti, atau di pernikahan gadis itu dgn seseorang yang bukan Resqioso. Aku tiba-tiba teringat nyanyian Graham Coxon itu.

And I feel the light in the night and in the day
And I feel the light
When the sky's just mud and grey
And I feel the night when you tell me it's OK
Coz you're so great and I love you


Tiba-tiba aku menangis mendengarnya . .

RSCM, 30 Mei 2013

Rabu, 04 September 2013

Orang-orang Gendut dalam Kehidupan Saya

Saya gak pernah gendut. Dari kecil sampe segede sekarang badan saya gak pernah sekalipun gendut. Mungkin karena gak ada keturunan gendut yang mengalir dalam gen saya. Ibu dan ayah saya gak gendut. Pun begitu sama kedua kakek dan nenek saya. Gak ada yang gendut.

Kadang saya suka heran banyak orang gendut yang ingin sekali kurus. Padahal menurut saya gendut itu anugerah lho, ya ini sih opini dari luar saja sih soalnya saya gak pernah gendut jadi gak tau rasanya. Maksud saya dalam kalimat gendut itu anugerah adalah karena orang dengan tubuh yang gendut menurut saya rata-rata lucu dan menggemaskan. Meskipun sifat dan kelakuannya gak lucu tapi sepintas kelihatan lucu dari luar.

Saya sendiri sepertinya mempunyai kecenderungan suka sama orang-orang yang gendut. Saya suka karakter Po yg gendut di film Kung Fu Panda, juga Patrick Star dalam serial kartun Spongebob. Karena yaa itu tadi, menurut saya mereka itu lucu-lucu dan menggemaskan.

Dan ternyata tanpa saya sadari selama usia kehidupan saya di dunia, saya selalu dikelilingi oleh orang-orang gendut. Hampir di setiap masa selalu saja ada orang gendut yang seolah-olah "being around" begitu saja dalam hidup saya. Berikut adalah daftar orang-orang gendut dalam kehidupan saya yang berhasil saya susun :

1. Egie Praditya Mulyana.

Zaman saya TK sampai lulus SD saya gak punya temen deket yang gendut. Karena teman-teman sekelas saya waktu SD gak ada yang gendut. Ada sih kakak kelas saya yang gendut, misalnya Iyus anak Pak Emon sama si Riki Yakub tapi saya gak terlalu dekat dengan keduanya. Jadi orang gendut yang pertama kali dekat dengan saya jatuh kepada Egie Praditya Mulyana. Teman saya ketika SMP. Jomblo akut yang susah move on. Sebenernya saya sudah kenal Egie sejak kecil karena kebetulan orang tua saya dan orang tua Egie berteman, tapi saya baru dekat dengan Egie saat saya duduk di bangku SMP. Saya 2 kali sekelas bareng Egie, ketika kelas 2 dan kelas 3.
Egie adalah teman seperjuangan ketika di masa-masa percintaan monyet saya. Saya selalu minjem motor dia buat ngapel, atau biasanya minta dianter ngapel sama dia. Kadang sampai jam 2 malem. Tapi si Egie gak pernah protes. Cukup ngasih kopi + rokok aja, Egie langsung diem.
Selain itu Egie juga teman pertama ketika saya awal-awal suka ngeband. Dia maenin bass, meskipun gak profesional kayak bapaknya (pemaen bass di grup dangdut), meskipun juga selera musiknya gak sesuai sama tampangnya yang serem dan brewokan. Tapi lumayanlah. Yang penting ada pemaen bassnya.
Lalu Egie juga adalah teman maen PS bareng, dan dia cuma bisa maenin Chelsea doang. Terus gampang ngalahinnya. Makanya saya seneng sekali kalau maen PS sama Egie, soalnya bisa sambil ngecengin dia. Hahaha
Dulu, terkadang saat saya lagi suntuk atau lagi sedih saya biasanya maen ke rumah Egie. Saya tidak perlu cerita masalah apa-apa sama dia. Cuma dateng terus tiduran di kamarnya. Biasanya saya akan merasa seneng sendiri. Kata orang, itulah yang disebut keajaiban seorang teman. Terimakasih, Egie !

2. Ricky Leo Hardy

Namanya sama dengan saya. Tapi saya sering manggilnya Ucul, karena ya dia memang ucul sekali orangnya. Saya sudah tahu dia sejak SD karena pernah ikut lomba cerdas cermat bareng. Bahkan saya tau dia pernah pingsan saat lomba tersebut. Tapi saya mulai dekat dengannya saat duduk di bangku SMA. Padahal kami tidak pernah sekelas, tapi karena 1 kosan terus selama 3 tahun jadilah hubungan kami begitu dekat.
Jika ada diantara kalian yang menilai saya seorang pendiam, maka si Ucul ini jauh lebih pendiam daripada saya. Tapi diam-diam gitu otaknya encer luar biasa. Saya ingat pernah membuat sebuah stensilan (cerita porno gitu) bareng dia saat kelas 2 SMA. Judulnya BDJ (Belum Dikasih Judul). Hahaha
Si Ucul juga adalah salah satu teman yang selera musiknya lumayan keren untuk ukuran saat itu. Dia sering ngenalin saya sama band-band yang lumayan keren hasil dari beli MP3 bajakannya. Tapi sayang rencana kami untuk membuat sebuah band belum sempat terlaksana sampai saat ini. Terakhir saya ketemu dia pas lebaran kemaren. Ternyata dia tambah genduuuuuut ! Tapi masih tetap ucuuuuul.

3. Rahkmat Zaelani.

Atau sering menyebut dirinya Raza. Tapi karena iseng saya sering nambahin kata Coli dibelakangnya, jadilah Raza Coli. Tapi saya lebih senang memanggilnya Bang Mamat. Lebih akrab dan nyaman di kuping. Bang Mamat adalah orang gendut yang dekat dengan kehidupan saya ketika kuliah. Orangnya baik minta ampun deh. Karena itu dengan penuh hormat saya berikan gelar Bang Mamat Yang Baik kepadanya. Diantara kebaikannya adalah sering minjemin saya motor (lagi-lagi buat dipake ngapel), juga karena kita berdua adalah sama-sama penggemar Manchester United. Bang Mamat juga sering memberi nasihat yang baik, anter jemput kalau lagi dines, minjemin leptop (kecuali baju, ga pernah dipinjemin karena pasti kegedean). Setelah saya kerja dan berpisah dengan Bang Mamat pun terkadang saya masih sering mengajaknya makan bakso bareng di tempatnya Pak Kumis.
Terakhir saya dengar Bang Mamat sedang sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Ahh, semoga Bang Mamat cepat sembuh dan kita bisa ngebaks bareng lagi.

4. Rezky Aditya Perdana

Nama akun twitternya @pemotolkontong. Dia adalah teman gendut di masa ketika saya lulus kuliah dan menganggur. Entah kenapa saya merasa kalau di kehidupan yang dulu saya dan Kontong adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di Candi Borobudur. Betapa tidak? Saya hampir mempunyai guratan nasib yang sama dengannya, diantaranya :
1. Disuruh jadi PNS oleh orang tua
2. Sering ngambil (baca maling) komik/novel dari tempat penyewaan buku
3. Gak suka musik metal
4. Gak suka Radiohead pasca OK Computer
5. Pernah cek in di Tidar Hotel
6. Fans Oasis
7. Sama-sama bertitit mungil
Oke, poin 7 saya belum tau pasti karena belum pernah liat tititnya Kontong. Yang jelas dengan berbagai kesamaan nasib tersebut sudah sepantasnya kita berdua mabok bareng untuk merayakannya. Tanpa bertemu Kontong mungkin saya tidak akan sesemangat ini menjalani rutinitas hidup dan pekerjaan. Karena dari dia juga kemudian saya banyak bertemu teman-teman lainnya yang punya satu kesamaan hobi dan selera. Dan ya, Kontong adalah satu-satunya teman yang hadir dan menyaksikan secara langsung akad pernikahan saya. :'')
I love pemotolkontong.

5. Arief Rahma Hidayat

Nama bekennya adalah Mbeb. Saya sudah kenal sejak zaman kuliah. Tapi waktu itu hubungan diantara kita belum terlalu instens. Kita satu angkatan cuma beda kelas. Bahkan saya inget pertama kali melihatnya saat OSPEK. Gayanya aduhai sekali, poni miring ala emo, kaos putih Superman, skinny jeans item dipadupadankan sneakers Converse. Absolutelyfuckingcoooool. Saya semakin ngefans lagi setelah tau kalau dia juga (mungkin satu-satunya) mahasiswa di angkatan saya yang suka My Chemical Romance!!
Sewaktu kuliah kami tidak begitu deket sih. Tapi malah deket-deket sekarang ini karena kerja di tempat yang sama, meskipun beda divisi. Kebaikannya terlihat dari betapa seringnya dia meminjamkan uang kepada seorang ayah yang kere ini, yang sering luntang-lantung di kota Jakarta yang kejam ini tanpa punya uang. Yang bikin seneng lagi Mbeb ini adalah orang yang gampang diajak jalan, terutama urusan kuliner!  Dia biasanya selalu bersemangat jika diajak jalan.  Dedikasinya terhadap pekerjaan pun patut diacungi 4 jempol! Shift pagi-sore sikat terus. Saat saya tanya,

"Pakbeeb, ko gak pernah protes sih?"

"Gimana ya? Saya seneng sih ngejalaninnya"

Beuuuuuh jawaban dari seorang perawat sejati yang mencintai pekerjaannya. Dedikasi seperti itu hanya bisa ditandingi oleh Spongebob yang mencintai pekerjaannya sebagai koki.
Untuk Pakbeb dan "antonio"-nya, i salute youuuu !!


*honorable mention :

Dibawah ini juga ada beberapa orang gendut yang dekat dengan saya hanya mereka sedikit kalah bersaing. Karena pemilihannya berdasarkan masa ketika saya sekolah-kuliah-kerja, maka tidak bisa ada 2 orang yang bisa menempati posisi sama. Berikut diantaranya,

1. Agiet Septian
Temen kosan ketika kuliah. Sama gendutnya dengan Bang Mamat tapi mukanya lebih mirip kayak om-om. Bujang lapuk, pujangga, dan mesum. Oh iya tititnya diberi nama Popo, for your info aja sih.

2. Yosie Rivanto.
Sebenarnya agak susah menggolongkan Yosie ke dalam kriteria gendut. Dibilang gendut ya gak terlalu gendut, tapi dibilang kurus juga keliatannya dia gendut. Perutnya juga buncit, tititnya mungil. Jadi ya sudah saya masukin ke honorable mention aja.

3. Difa Syahmania Azhar
Teman satu kosan waktu kuliah. Berandal sejati. Semangat kalau diajak maksiat, tapi susah diajak sholat. Gendut, bulat, lucu. Sekilas mirip karakter Pinguin di film Batman. Satu lagi, suaranya juga merdu mirip Bams. Kuat mabok, kuat ngerokok tapi jarang keliatan makan tapi masih gendut dan masih hidup. Ken666eriaaaaan !!!

4. Prabu Wijaya
Bukan! Dia bukan Prabu Wijaya di sinetron Putri Yang Tertukar. Saya juga sempat kaget kalau nama Prabu Wijaya ternyata ada di dunia nyata. Tapi saya pastikan dia bukanlah Prabu Wijaya yang ada dalam sinetron. Dia adalah teman saya ketika awal-awal masuk kerja. Orangnya baik, sama seperti Mbeb, Pak Prabu sering minjemin saya uang kalo lagi kere. Maklum waktu awal-awal kerja saya selalu kere (sekarang juga gitu sih). Selain itu dia juga adalah partner sholat Jum'at saya di mesjid UI, yang selalu datang pas khotib udah selese khotbah !

Senin, 02 September 2013

Menuju Bandung Zine Fest 2013 bersama Sang Musisi !!


Sabtu, 31 Agustus 2013

Pagi itu adalah hari terakhir di bulan Agustus. Masih jam 5 pagi, saya sudah mandi padahal masih mengantuk. Biasanya hari Sabtu saya pergunakan dengan baik untuk bobo sepuasnya tapi tidak pada pagi itu. Semua saya lakukan demi Bandung Zine Fest yang digelar siang harinya.

Saya naik angkot 04 menuju terminal Depok. Tentu saja saya tidak sendirian. Saya berangkat bersama kawan saya yang seorang Musisi (dengan M besar) bernama Resqioso, yg beberapa bulan lalu merilis split album perdananya yang sayangnya luput dari pantauan radar media-media musik tanah air dari mulai Rolling Stone sampai Jakartabeat.

Tapi tidak apa-apa. Resqioso masih tetap terlihat gagah di mata saya, apalagi dengan tulisan "Saya Seorang Musisi" di kaosnya yang makin memantapkan kegagahannya.

Sekitar jam 6.30 kami berdua sudah tiba di terminal Depok. Sebelum naik bus MGI jurusan Bandung kami jajan dulu beberapa buah cemilan + susu biar sehat. Kami mengambil deretan kursi di belakang dan mulai memakan cemilan yang kami beli. Perbincangan saat itu masih berkutat seputar "Kenapa Ukuran Beng Beng Semakin Kecil?". Dan mereka gak bilang-bilang dulu, tau-tau udah kecil aja.

Ditengah panasnya perbincangan pagi itu kemudian masuklah ke dalam bis seseorang yang terlihat biasa saja dan menggendong ransel. Tapi kami berdua tidak bisa tidak peduli karena kaos yang dipakenya. Dia pake kaos CRASS, band punk nan legendaris itu. Kemudian dia duduk di samping tempat duduk kami. Tapi kami tidak menyapanya karena kami kembali terlarut ke dalam perbincangan soal Beng Beng.

Bus pun kemudian berangkat. Saya memilih untuk bobo selama perjalanan. Sembari mendengarkan Sarita Fraya yang disetel oleh kawan saya dari disc-man yang dibawanya, yang kerapkali mati karena optiknya sudah mulai tidak beres. Tapi perjalanan baru dimulai setelah kami tiba di Longriver Bus Station (terjemahan bebas : Terminal Leuwipanjang)

Sebelum turun saya sempat bertanya kepada sopir busnya,

"Pak, kalo mau ke Jalan Perintis Kemerdekaan naik apa yah?"

"Jalan Kemerdekaan?"

"Jalan Perintis Kemerdekaan, Pak"

"Oh, naik Damri jurusan Ledeng-Leuwipanjang"


Setelah mendapat petunjuk dari supir bus MGI itu akhirnya kami berdua pun bergegas mencari mobil Damri yang dimaksudkannya. Tapi si Resqioso malah berputar-putar kemana-mana sampai kami keluar terminal dan pusing. Karena pusing saya tanya lagi bapak-bapak penjual es doger. Si bapak terlihat senang ketika saya berjalan ke arahnya. Mungkin dikiranya saya mau beli es doger padahal mah enggak.

"Pak, tau Jalan Perintis Kemerdekaan gak?"

"Gak tau"

"Kalau bus Damri lewat sini gak, Pak?"

"Oh, bus Damri mah ga lewat sini"

"Yaudah makasih, Pak"

"Iya sama-sama"

Saya perhatikan wajahnya kecewa karena saya gak beli es dogernya.

Untuk memastikan lagi saya kemudian bertanya kepada satpam yang terlihat ada disitu. Sementara di sisi lain Resqioso sedang sibuk nelpon.

"Lapor Pak Satpam, saya mau bertanya"

"Silahkan"

"Klo bus Damri lewat sini gak?"

"Wah gak lewat"

"Terus lewat mana dong?"

"Lewat belakang sana" katanya sambil menunjuk ke suatu arah.

"Jadi saya harus kesana, Pak?"

"Iya"

"Yaudah makasih Pak Satpam. Selamat bertugas"

Kemudian saya meninggalkannya dan menuju ke arah yang tadi ditunjukan olehnya. Resqioso sudah berhenti menelpon. Kemudian berkata,

"Kata Kontong (nama lengkapnya Pemotolkontong-red), kita naik Damri jurusan Cicaheum nanti turun di BNI nanti dijemput sama panitia"

Kami jadi bingung. Naik Damri jurusan Ledeng apa Cicaheum yg bener??

Selang beberapa saat menunggu lewatlah Damri jurusan Ledeng dan bertanyalah saya sama keneknya.

"Pak, lewat jalan Perintis Kemerdekaan gak?"

"Iya lewat"

Kemudian kami pun naik. Setelah di dalam saya baru sadar orang yg tadi saya tanya ternyata bukan kenek busnya, melainkan penumpang biasa. Ketika si kenek asli lewat dan menagih ongkos, si Resqioso bertanya lagi,

"Pak ini lewat Braga kan?"

"Wah enggak. Salah naik, cepet turun"

Waduh saya dan Resqioso bingung dan salting karena salah naik jurusan.

"Yaudah Pak saya mau turun" kata Resqioso.

"Yaudah sana turun" jawab si kenek tanpa ekspresi sementara mobil masih melaju kencang. Anjis nih kenek horor banget dikiranya saya sama Resqioso bisa akrobat turun gitu aja dari bus yang masih melaju?

Setelah turun kami berdua celingak-celinguk gak puguh. Resqioso nanya ke tukang parkir disitu, katanya disuruh naik Damri jurusan Cicaheum. Ya sudah sambil menunggu saya dan Resqioso membeli cimol yang kata Resqioso rasanya hambar tapi tetep abis dimakan, karena lapar.

Beberapa menit kemudian Damri jurusan Cicaheum pun lewat. Masih kosong. Kami pun bisa duduk dengan tenang. Mobil kembali melaju. Kemudian si Resqioso bilang ke sopirnya,

"Pak nanti turun di Bank Indonesia ya?"

"Bank Indonesia? Oh iya iya" kata Pak Supir yang rambutnya sudah beruban itu.

Mobil melaju dengan santai sambil mencari penumpang. Di perjalanan saya melewati RS Immanuel dan teringat kepada Panji temannya Pak Wapres yang katanya kerja disitu. Katanya mesin absensi di rumah sakit itu canggih. Kalau karyawannya absen disitu si mesin bisa ngomong sendiri.

"Selamat datang Panji Nugraha. Kamu datang jam 6.45"

Kalau ulang tahun secara otomatis mesin absensi itu juga akan mengucapkan selamat,

"Selamat ulang tahun, Panji Nugraha"

Kalu sering telat,

"Selamat datang Panji Nugraha. Kamu kok datangnya telat terus sih?"

Begitulah yang dikisahkan oleh Pak Wapres. Saya mengingatnya sembari menikmati perjalanan.

Kemudian setelah belokan melewati Mesjid Raya Bandung tiba-tiba bus itu berhenti.

"Eh tadi ada yang mau turun di Bank Indonesia ya? Itu banknya" kata Pak Supir sambil menunjuk ke sebuah bangunan.

Saya dan Resqioso yang lagi santai-santainya pun bergegas turun dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Makasih, Pak" kata kami berdua penuh senyuman.

Kami pun berjalan ke arah bangunan yang tadi ditunjukkan oleh Pak Supir. Jreeeng jreeeng jreeeeng, terus saya lihat nama bangunan itu yang tercetak besar, BANK RAKYAT INDONESIA.

"Anyiiiing itu mah Bank Rakyat Indonesia anyiiiing bukan Bank Indonesia anyiiing supir Damri anyiiiiing!!" kata saya kesal (dalam hati).

Dalam keadaan hampir putus asa kami pun bertanya kepada pak polisi yang kebetulan berjaga di pos di dekat situ. Setelah Pak Polisi menjelaskan panjang lebar kami memutuskan untuk berjalan kaki saja karena takut kembali nyasar. Dan anyiiiiing ternyata jauh juga anyiiiing dari situ sampe ke Gedung Indonesia Menggugat. Kami kelelahan dan lapar karena belum makan.

Setelah berjalan jauh (ditambah bertanya kepada 1 tukang parkir, 1 kasir Circle K yang ga tau apa-apa, sama 1 tukang siomay) akhirnya kami tiba di tempat tujuan! Yes !

Setelah disambut oleh entah-siapa-namanya-saya-lupa-lagi, kami pun segera diantar ke meja nomer 36, tempat dimana si Pemotolkontong sudah tiba duluan. Disana nampak sudah berjejer Papernoise Zine dan sosok Pemotolkontong dengan rambut-kelimis-gemesnya (untuk Bagongtempur dan Korongmentah, sepertinya kalian mempunyai 1 lagi sodara kembar).

Saya pipis dulu karena dari tadi kebelet. Dan beberapa kejadian di Bandung Zine Festnya saya skip. Pokoknya menyenangkan sekali. Saya beli funzine Muchos Libre dan menemukan pesan sayang saya dimuat disana. (Makasih Muchos Libre, barakallah). Juga bertemu zinemaker Cirebon, um Alam dengan rambut barunya. Ada juga Kak Manan, editor Primitif Zine yang sayangnya hari itu gak bawa Primitif Zine, juga bertemu dengan Fanny (konon dia ini gebetannya Pemotolkontong, tapi ssst kita diam-diam saja ya?) Juga temennya Fanny yaitu Darlin dan 1 lagi siapa-namanya-saya-gak-tau yg bawa-bawa papan skate aja (saya suka janggutnya, serius). Juga akhirnya Pak Pinred Papernoise datang beserta Bu Pinred. Juga a Idham. Sayangnya Pemotolwansky (temennya a Idham) gak datang. Tidak lupa saya lihat ada Kak Gembi. Dan seorang gadis berkerudung yang dengan sangat antusias bertanya,

"Waaaw ini zinenya Mas Dudu yaa?"

Saya dan Bu Pinred yg kebetulan saat itu lagi jaga stand terkesima seketika. Dudu semakin ngetop! Dudu yang dulu bukanlah Dudu yang sekarang! Dan masih banyak lagi dan pokoknya menyenangkan sekali dan saya bawa banyak zine (bisa lebih banyak lagi sih tapi ngantri motocopynya).

Sementara itu di sela waktu ketika saya dan si Musisi Resqioso sedang asik duduk, berkatalah ia kepada saya.

"Cruut, lu liat orang di depan kita itu"?

Saya melihat ke depan, ke meja tempatnya Paper Zine. Saya perhatikan orang yang ditunjuk Resqioso. Saya lihat dia pake kaos CRASS! Wah itu orang yang tadi pagi saya liat di bus MGI! Ternyata dia juga bertujuan ke Bandung Zine Fest!

"Bego lu Tot, klo tau dia kesini sih tadi kita bareng aja biar gak nyasar"

"Elu bego !"

***

Segera setelah diskusi yang diselenggarakan oleh panitia berakhir kami pun segera membereskan barang-barang. Sambil menunggu Bu Pinred yang akan menjemput, kami memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Akhirnya kami menemukan tukang nasi goreng di depan Bank BNI. Saya pesen 3 porsi, 1 gak pedes, 1 sedeng, 1 lagi pedes. Setelah nasgor tandas kami tidak langsung bayar, karena si tukang nasgornya terlihat sedang asyik-masyuk menelpon. Tiba-tiba ada tukang bakpao lewat dan si Pemotolkontong teriak.

"Mang, masih ada gak bakpaonya?"

"Masih"

Si Kontong segera menghampirinya. Rupanya dia masih lapar. Saya kemudian menyusul karena ternyata masih lapar juga.

"Berapaan Mang" kata si kontong

"6 rebu"

"10 rebu 2 ya?"

Si mamang diem aja. Diem berarti tandanya tidak setuju. Jadilah si kontong cuma beli 1, rasa sapi. Saya juga beli 1, rasa kacang. Kami balik lagi ke tempat semula.

Bu Pinred belum nyampe juga. Katanya jalanan macet. Maklum malam minggu.
Tiba-tiba Bagongtempur dan Korongmentah dkk datang menyambangi tukang nasgor. Tapi saat itu tukang nasgornya sedang tidak ada.

"Mamang nasgornya lagi nyuci piring dulu" kata saya ke si Bagongtempur. (Sebenarnya saya belum bisa membedakan mana Bagongtempur dan mana Korongmentah). Untunglah mereka bisa sabar menunggu. Setelah tukang nasgornya kembali mereka pun memesan nasi goreng dengan porsi ekstra. Tetapi kayaknya si tukang nasgor tidak mendengarnya jadi dikasih porsi biasa.

Sembari menunggu jemputan, saya dan Resqioso tiduran di trotoar. Mengingatkan saya pada lagu Morfem, Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun. Hari itu memang melelahkan sekali. Saya hampir tertidur ketika si Kontong ngasih tahu kalau jemputan sudah datang. Kami pun segera membayar nasgor yang tadi kami beli. Dan berpamitan kepada kawan-kawan dari Muchos Libre yang saat itu sedang menyantap nasi goreng.

***

Dalam perjalanan menuju kosan Kinung untuk numpang bobo kami mampir sebentar di pom bensin. Saya mau transfer ke si bundaaa. Lalu berhenti lagi di Indomart. Saya beli soda susu, rokok, sama Snifer yang kata si Resqioso kalo beli 2 gratis 1 dan ternyata dia benar! Dan beli teh botol kotak. Benar sekali, teh botol dalam kotak. Ajaib!

Lalu tibalah kami di kosan Kinung. Si Kinung tampak sedang bermain balap mobil F1 di depan komputernya. Saya segera berganti baju dan cuci kaki. Bersiap-siap untuk bobo. Kemudian kehebohan terjadi. Dompet si Resqioso hilaaaaaang!! Semua kaget. Kami segera mencari di sekitar kamar, nihil. Lalu kembali ke mobil Bu Pinred, cari disana masih nihil juga! Saya ingat-ingat lagi. Wah terakhir si Resqioso ngeluarin dompet itu waktu di tukang nasgor, jangan-jangan ketinggalan disana! Segera diputuskan Resqioso, Pemotolkontong, Bu Pinred beserta Pak Pinred kembali mengecek ke tempat kejadian perkara. Saya dan Kinung tidak ikut. Karena amat mengantuk saya sempat tertidur sebentar dan tanpa sadar ketika terbangun sudah ada Kimul dan Apoy disana. Juga Resqioso dan Pemotolkontong sudah kembali. Saya memutuskan untuk bobo kembali karena amat mengantuk. Lamat-lamat saya dengar kalau dompet itu ditemukan di depan gerbang kosan Kinung. Juga terdengar kata-kata Pemotolkontong, "eh gue keinget aja temen si Fanny tadi. Lucu ya? Gayanya lolita-lolita gitu". Lalu saya tidak ingat apa-apa lagi dan bobo dengan pulas. Sungguh hari yang menyenangkan.

Kampung Melayu, 1 September 2013