Kamis, 09 April 2015

Glory Glory Bang Mamat Yang Baik



Ada beberapa nama Rahmat yang saya kenal dalam hidup. Pertama, Rahmat Zulfikar dari Kedawung. Akrab dipanggil Zameth. Dia adalah adik tingkat saya ketika kuliah. Hidungnya mancung seperti orang Arab tapi dia mengaku ukuran tititnya standar orang Asia. Saya tidak tahu pasti karena tidak pernah melihatnya secara langsung. Biarlah urusan ukuran titit Zameth menjadi rahasia antara dia, Tuhan dan pacarnya saja.

Zameth juga mempunyai daya observasi yang aduhai-sangat-jeli-sekali. Bahkan dengan bangga dia menyebut kemampuannya itu dengan sebutan haki observasi. Salah satu kehebatan haki observasi yang dimiliki oleh Zameth adalah dia bisa dengan jeli melihat kalau ukuran payudara Megan Fox di film Teenage Mutan Ninja Turtles lebih kecil dari biasanya. Rasanya, selain saya seorang baru Zameth yang bisa melihat hal remeh-temeh seperti itu.

Saya tidak tahu kenapa saya bisa mengenal Zameth padahal kami berdua tidak pernah ngobrol secara langsung. Sejak saya kuliah sampai sekarang. Saya hanya tahu kalau orang berhidung mancung seperti Arab itu bernama Rahmat Zulfikar yang sering dipanggil Zameth. Hanya itu. Tititk. Komunikasi yang kemudian terjadi diantara kami berdua hanya berlangsun g lewat dunia maya. Meskipun begitu saya merasa sangat akrab dengannya seperti sepasang kekasih yang sudah lama terpisah. Mungkin karena kami sama-sama menggemari komik One Piece, juga memuja Nico Robin.

Tapi sebagai manusia yang normal, kami berdua pun memiliki banyak perbedaan. Zameth adalah penggemar Juventus. Saya sendiri lebih suka Inter Milan. Selain itu, suatu hari saya pernah memberikan sebuah pertanyaan filosofis kepadanya,

“Meth, milih mana : payudara gede dengan pentil kecil atau pentil gede tapi payudaranya kecil?”

Dan Zameth memilih yang pertama. Dia ternyata lebih mementingkan ukuran payudara daripada pentilnya. Saya sendiri lebih suka payudara yang biasa saja (artinya tidak terlalu gede) asal pentilnya gede. Itu favorit saya.

Eh, tapi entah kenapa tulisan  tentang Zameth ini selalu mengarah kepada payudara, payudara dan payudara saja. Sepertinya tulisan tentang Zameth harus saya akhiri sebelum sisa tulisan ini dipenuhi dengan kata-kata yang lebih binal daripada payudara.

Kita beralih kepada Rahmat yang kedua. Namanya Rahmat Solihin. Biasa dipanggil Rahmat. Tapi karena di tempat kerja saya sudah ada seseorang yang bernama Rahmat, maka Rahmat yang ini jadi mempunyai panggilan lain, yaitu Solihin. Tapi saya tetap memanggilnya Rahmat. Pak Rahmat.

Pak Rahmat ini adalah pegawai baru di IBP (Instalasi Bedah Pusat), tempat saya bekerja. Sebelumnya beliau bertugas di Gedung A RSCM. Saya tidak tahu di lantai berapa.

Kedekatan saya dengan Pak Rahmat terjadi karena saya sering ngopi dan merokok bareng di Ruang Kancil. Ruang Kancil adalah sebuah gudang yang disulap menjadi tempat merokok, juga ngopi oleh para petugas cleaning service. Selain tempat para petugas cleaning service berkumpul, Ruang Kancil juga menjadi tempat favorit bagi beberapa orang dokter dan perawat yang mencuri waktu untuk merokok di sela-sela jeda operasi. Saya juga sering mampir ke sana jika sedang menunggu instrumen operasi selesai dicuci.

Di sanalah saya sering bertemu dengan Pak Rahmat. Saya biasanya meminta segelas kopi kepadanya. Istilahnya “kopi boleh minta”. Seperti kata pepatah, “tidak ada kopi yang lebih nikmat selain kopi rasa gratis”.

Tapi kini Ruang Kancil sudah ditutup dan tidak bisa dipergunakan lagi sebagai tempat merokok. Para pelanggan setianya menjadi uring-uringan, termasuk saya dan Pak Rahmat (terutama Bang Anto karena setiap hari dia pasti ngopi dan merokok di sana). Sisi positifnya, hubungan saya dengan Pak Rahmat menjadi semakin akrab. Karena Ruang Kancil ditutup, maka jika kami berdua pulang lebih awal, kami akan menyempatkan diri mampir ke warung kopi untuk sekedar menikmati kopi di sore hari. Di warung kopi pun Pak Rahmat masih saja tetap mentraktir saya kopi. Duuh, saya jadi enak.

Seperti yang saya tulis sebelumnya, di IBP, selain Pak Rahmat Solihin ada seorang lagi yang bernama Rahmat. Pak Rahmat yang satu ini bisa dibilang sesepuhnya IBP. Panggilannya juga khusus, si Abah, mengingat usianya yang sudah tua. Mungkin sebentar lagi pensiun. Si abah adalah Rahmat ketiga yang saya kenal.

Saya tidak terlalu akrab dengan Pak Rahmat yang satu ini. Mungkin karena perbedaan usia kita yang terlampau jauh sekali. Tapi saya kasih sedikit info, Si Abah baru saja pulang melaksanakan ibadah Umroh. Makanya kemarin saya (juga pegawai IBP yang lain) dikasih oleh-oleh buah kurma oleh si Abah. Sekali lagi, duuuh saya jadi enak. Oh iya, tadinya malah saya mau minta air Zam Zam. Tapi niat itu saya urungkan karena takut air Zam Zamnya KW. 

Rahmat yang terakhir adalah Rahmat Zaelani dari Desa Balerante. Saya sudah sangat akrab sekali dengan Rahmat yang satu ini karena dia adalah teman sekelas saya ketika kuliah. Nomor absennya persis sebelum nomor absen saya. Motornya ketika kuliah adalah Yamaha Mio berwarna hitam yang bersuara nguiiiiiiiiing kalau berjalan. Setelah bekerja motornya berganti menjadi Yamaha Vixion. Pacarnya ketika kuliah adalah Ayu Si Jane. Setelah bekerja dia ditinggal kawin oleh Ayu Si Jane. Tapi tak masalah, sebab sebentar lagi Bang Mamat juga akan menikah. Sepertinya, Rahmat Zaelani bukanlah tipe laki-laki yang susah move on seperti Yosie Rivanto.

Karena sebentar lagi Rahmat Zaelani akan menikah, maka catatan ini saya khususkan untuk dirinya. 

Meskipun bangga dengan namanya, tapi tidak ada seorang pun teman sekelasnya yang memanggil Rahmat Zaelani. Bagi kami di kelas hanya ada satu nama panggilan buat Rahmat Zaelani, yaitu Bang Mamat. Bagi saya pribadi, namany a malah menjadi lebih khusus lagi. Karena dia adalah orang yang baik (definisi baik menurut saya adalah orang yang suka membantu orang lain) maka saya memanggilnya Bang Mamat Yang Baik. Tapi namanya juga manusia, Bang Mamat Yang Baik pun terkadang suka bersikap menyebalkan, maka namanya pun berubah lagi menjadi Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek. Itulah nama lengkapnya. Setelah membaca tulisan ini, kau bisa memanggilnya dengan panggilan Bang Mamat atau Bang Mamat Yang Baik atau Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek.

Kau akan sangat mudah mengenali Bang Mamat. Badannya gemuk. Tinggi besar. Suaranya  tidak kalah berat seperti badannya. Seperti suara Sinchan. Saya bahkan curiga Bang Mamat adalah pengisi suara Sinchan yang kartunnya suka saya lihat setiap hari Minggu jam 10 pagi. Yang juga khas dari Bang Mamat adalah tahi lalat yang menempel di dagunya. Tahi lalat segede upil.

Setahu saya, Bang Mamat memeluk 3 agama selama hidupnya. Islam, Persib Bandung dan Manchester United. Saya tidak tahu manakah dari ke 3 agama tersebut yang paling diimani oleh Bang Mamat. Hanya saja, barangkali suatu saat kau bertemu seseorang bertubuh gemuk dan bertahi lalat segede upil di dagu sedang memakai jersey Persib atau Manchester United harap disapa saja. Barangkali itu adalah Bang Mamat. Siapa tahu setelah menyapanya kau akan diberi duit karena dia adalah Bang Mamat Yang Baik. Kalau pun tidak diberi duit ya tidak apa-apa juga karena dia adalah Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek.

Tapi yang paling melekat dalam benak saya tentang Bang Mamat adalah motor Yamaha Mionya. Motor itu, entah memakai teknik apa, jika berjalan akan mengeluarkan bunyi nguiiiiiing yang bisa kau dengar dari radius 500 meter. Jika sedang duduk-duduk di parkiran kampus lalu saya mendengar suara nguiiiiing dari kejauhan maka bisa saya pastikan itu adalah tanda kedatangan Bang Mamat. Jika binatang menandai teritori kekuasaannya dengan kencing, maka Bang Mamat menandai kedatangannya dengan suara nguiiiiiiing.

Sebenarnya, pemandangan Bang Mamat sedang mengendarai Yamaha Mio itu kurang cocok untuk dilihat. Bayangkan saja, motor Mio yang berukuran mungil ditumpangi oleh Bang Mamat yang segede kebo. Tidak pas. Tapi Bang Mamat bisa bertahan dengan motor itu selama 3 tahun lebih.

Pernah suatu kali saya melihat Bang Mamat dengan motor Mionya melaju dari kejauhan menuju ke tempat saya berada. Dari jauh saya hanya melihat Bang Mamat seorang yang sedang mengendarai motornya. Tapi setelah sampai di hadapan saya, saya baru tahu kalau Bang Mamat sedang membonceng si Cacing. Sialan, badan Bang Mamat yang besar bahkan bisa menyembunyikan badan kurus si Cacing yang diboncengnya.

Motor Mio Bang Mamat adalah salah satu contoh kebaikan yang diberikan olehnya kepada saya. Juga kepada beberapa orang teman saya yang lain yang suka meminjam motornya. Waktu saya kuliah memang hanya ada 2 orang yang motornya seringkali dipinjam. Pertama motornya Mas Maung. Dan yang kedua adalah motornya Bang Mamat. Sebenarnya ada satu motor lagi tapi sulit sekali untuk meminjamnya. Motor itu adalah motor milik A Wowo. Motor milik A Wowo sulit sekali untuk dipinjam. Bukan karena A Wowo pelit tapi karena setiap malam A Wowo selalu pergi berkencan dengan pacarnya memakai motor itu. Saya yang saat itu masih jomblo dan baru ditolak oleh Lilis sering gugulunuk sendiri dalam hati kala melihat A Wowo melintas bersama pacarnya.

“tai ucing. Belagu nih orang mentang-mentang punya pacar” begitu kata saya dalam hati karena iri sama A Wowo.

Kebaikan Bang Mamat yang lain yang bisa saya tuliskan di sini adalah tentang laptopnya. Laptop itu, suatu kali ketika kami sedang praktek Keperawatan Jiwa di RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, pernah dipakai untuk bermain play station

Waktu itu kami merasa bosan karena tidak ada hiburan di asrama tempat kami menginap. Karena laptop Bang Mamat yang paling kompatibel saat itu, maka diputuskan untuk menginstal game Pro Evolution Socer di laptopnya. Lazimnya game itu dimainkan di perangkat play station tapi karena tidak ada yang mempunyai play station maka game itu cukup diinstal di laptop milik Bang Mamat.

Awalnya semua terjadi biasa saja. Tapi karena setiap malam laptop itu dipakai terus-terusan maka suatu hari laptop itu pun rusak. Tidak bisa menyala lagi. Mati total. Saya tidak tahu bagaimana reaksi Bang Mamat saat itu. Mungkin saja dia tidak marah dan bersikap biasa-biasa saja karena dia adalah Bang Mamat Yang Baik. Tapi mungkin saja dia marah dan gugulunuk dalam hati karena dia juga adalah Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek. Tapi waktu itu saya tidak terlalu merasa bersalah kepadanya, karena toh yang ikut bermain bukan hanya saya seorang. Bahkan Bang Mamat sendiri pun ikut bermain.

Satu-satunya yang membuat saya merasa berdosa kepada Bang Mamat adalah sebuah peristiwa yang juga terjadi ketika saya praktek di RSJ Marzoeki Mahdi Bogor. Peristiwa itu terjadi di malam hari. Saya dengan sengaja dan penuh kesadaran diri pernah mencoret-coret kolor putih milik Bang Mamat. Dan itu bukan coret-coret biasa. Saya menggambar penis tepat di bagian kolor yang menutupi penis Bang Mamat.

Malam itu, ketika Bang Mamat tertidur lelap saya diam-diam mendekatinya. Di tangan saya sudah ada sebuah spidol hitam. Target saya bukan muka atau bagian perut Bang Mamat. Tapi kolor putih yang saat itu dipakainya. Dengan jiwa seni yang adiluhung kemudian saya mulai berkonsentrasi menggambar penis di kolor itu. Sreeet sreeet sreeet. Kun faya kun, maka jadilah gambar sebuah penis lengkap dengan peler (nama ilmiahnya : skrotum) dan sedikit bulu-bulunya. Dalam hati saya tertawa puas. Hahahaha 

Yang tidak saya sadari adalah spidol yang saya gunakan adalah spidol permanen. Gambar penis itu tidak bisa hilang berapa kali pun dicuci.  Bang Mamat pun sampai merasa putus asa. Saya merasa berdosa. Dan lebih berdosa lagi ketika membayangkan apa reaksi mamahnya Bang Mamat ketika mencuci kolor tersebut. Semoga saja mamahnya Bang Mamat tidak merasa menyesal sudah menguliahkan Bang Mamat di akper tapi kerjanya hanya bisa menggambar penis di kolor. (Maafkan saya, Mamahnya Bang Mamat).

Akhirnya kolor putih itu harus pensiun dini. Setelah gambar penis itu tidak bisa dihapus kolor itu tidak pernah Bang Mamat pakai lagi (ya malu juga keleeeuuuuus make kolor yang ada gambar tititnya).

Itulah 2 contoh kebaikan yang pernah Bang Mamat berikan kepada saya. Kau pun jika sudah mengenalnya mungkin akan menemukan kebaikan-kebaikan lainnya.

Jika memikirkan kembali peristiwa kolor itu saya selalu tersenyum-senyum sendiri. Hidup memang lucu. Tuhan pasti Maha Woles.

Yang juga lucu adalah ketika saya menulis catatan ini saudara Mul mengabarkan kalau Bang Mamat akan melaksanakan akad nikahnya besok. Tapi ketika saya konfirmasi ulang kepada Bang Mamat ternyata itu bukan akad nikah, hanya sebuah acara syukuran saja. Syukuran karena mungkin akhirnya Bang Mamat bisa nikah juga. Dulu juga saya sempat ragu apakah Bang Mamat masih berhasrat melanjutkan hidup setelah ditinggal kawin oleh Ayu Si Jane.

Ah, tapi rupanya saya tak perlu merasa khawatir. Sebab tanggal 5 Mei nanti Bang Mamat akan mempersunting seorang gadis pengganti Ayu si Jane.  Sebagai bentuk balas budi terhadap kebaikan Bang Mamat yang suka meminjamkan motornya kepada saya, saya akan berusaha keras untuk hadir di acara resepsi pernikahannya. Meskipun itu artinya saya harus bolos kerja dan siap-siap menerima omelan dari Mpok Ati dan Bu Uci.

Tapi hari ini, saya rasa  cukup dengan mengirim tulisan ini khusus buat Bang Mamat.

Glory Glory Bang Mamat Yang Baik.




Kampung Melayu, 08 April 2015


Catatan :

Gugulunuk : dari Bahasa Sunda artinya menggerutu