Ada beberapa nama Rahmat yang saya kenal dalam
hidup. Pertama, Rahmat Zulfikar dari Kedawung. Akrab dipanggil Zameth. Dia
adalah adik tingkat saya ketika kuliah. Hidungnya mancung seperti orang Arab
tapi dia mengaku ukuran tititnya standar orang Asia. Saya tidak tahu pasti
karena tidak pernah melihatnya secara langsung. Biarlah urusan ukuran titit
Zameth menjadi rahasia antara dia, Tuhan dan pacarnya saja.
Zameth juga mempunyai daya observasi yang
aduhai-sangat-jeli-sekali. Bahkan dengan bangga dia menyebut kemampuannya itu
dengan sebutan haki observasi. Salah
satu kehebatan haki observasi yang
dimiliki oleh Zameth adalah dia bisa dengan jeli melihat kalau ukuran payudara
Megan Fox di film Teenage Mutan Ninja Turtles
lebih kecil dari biasanya. Rasanya, selain saya seorang baru Zameth yang bisa
melihat hal remeh-temeh seperti itu.
Saya tidak tahu kenapa saya bisa mengenal
Zameth padahal kami berdua tidak pernah ngobrol secara langsung. Sejak saya
kuliah sampai sekarang. Saya hanya tahu kalau orang berhidung mancung seperti
Arab itu bernama Rahmat Zulfikar yang sering dipanggil Zameth. Hanya itu.
Tititk. Komunikasi yang kemudian terjadi diantara kami berdua hanya berlangsun
g lewat dunia maya. Meskipun begitu saya merasa sangat akrab dengannya seperti
sepasang kekasih yang sudah lama terpisah. Mungkin karena kami sama-sama
menggemari komik One Piece, juga memuja Nico Robin.
Tapi sebagai manusia yang normal, kami berdua
pun memiliki banyak perbedaan. Zameth adalah penggemar Juventus. Saya sendiri
lebih suka Inter Milan. Selain itu, suatu hari saya pernah memberikan sebuah
pertanyaan filosofis kepadanya,
“Meth, milih mana : payudara gede dengan
pentil kecil atau pentil gede tapi payudaranya kecil?”
Dan Zameth memilih yang pertama. Dia ternyata
lebih mementingkan ukuran payudara daripada pentilnya. Saya sendiri lebih suka
payudara yang biasa saja (artinya tidak terlalu gede) asal pentilnya gede. Itu
favorit saya.
Eh, tapi entah kenapa tulisan tentang Zameth ini selalu mengarah kepada
payudara, payudara dan payudara saja. Sepertinya tulisan tentang Zameth harus
saya akhiri sebelum sisa tulisan ini dipenuhi dengan kata-kata yang lebih binal
daripada payudara.
Kita beralih kepada Rahmat yang kedua. Namanya
Rahmat Solihin. Biasa dipanggil Rahmat. Tapi karena di tempat kerja saya sudah
ada seseorang yang bernama Rahmat, maka Rahmat yang ini jadi mempunyai
panggilan lain, yaitu Solihin. Tapi saya tetap memanggilnya Rahmat. Pak Rahmat.
Pak Rahmat ini adalah pegawai baru di IBP
(Instalasi Bedah Pusat), tempat saya bekerja. Sebelumnya beliau bertugas di
Gedung A RSCM. Saya tidak tahu di lantai berapa.
Kedekatan saya dengan Pak Rahmat terjadi
karena saya sering ngopi dan merokok bareng di Ruang Kancil. Ruang Kancil
adalah sebuah gudang yang disulap menjadi tempat merokok, juga ngopi oleh para
petugas cleaning service. Selain
tempat para petugas cleaning service
berkumpul, Ruang Kancil juga menjadi tempat favorit bagi beberapa orang dokter
dan perawat yang mencuri waktu untuk merokok di sela-sela jeda operasi. Saya
juga sering mampir ke sana jika sedang menunggu instrumen operasi selesai
dicuci.
Di sanalah saya sering bertemu dengan Pak
Rahmat. Saya biasanya meminta segelas kopi kepadanya. Istilahnya “kopi boleh
minta”. Seperti kata pepatah, “tidak ada kopi yang lebih nikmat selain kopi
rasa gratis”.
Tapi kini Ruang Kancil sudah ditutup dan tidak
bisa dipergunakan lagi sebagai tempat merokok. Para pelanggan setianya menjadi
uring-uringan, termasuk saya dan Pak Rahmat (terutama Bang Anto karena setiap
hari dia pasti ngopi dan merokok di sana). Sisi positifnya, hubungan saya
dengan Pak Rahmat menjadi semakin akrab. Karena Ruang Kancil ditutup, maka jika
kami berdua pulang lebih awal, kami akan menyempatkan diri mampir ke warung
kopi untuk sekedar menikmati kopi di sore hari. Di warung kopi pun Pak Rahmat
masih saja tetap mentraktir saya kopi. Duuh,
saya jadi enak.
Seperti yang saya tulis sebelumnya, di IBP,
selain Pak Rahmat Solihin ada seorang lagi yang bernama Rahmat. Pak Rahmat yang
satu ini bisa dibilang sesepuhnya IBP. Panggilannya juga khusus, si Abah,
mengingat usianya yang sudah tua. Mungkin sebentar lagi pensiun. Si abah adalah
Rahmat ketiga yang saya kenal.
Saya tidak terlalu akrab dengan Pak Rahmat
yang satu ini. Mungkin karena perbedaan usia kita yang terlampau jauh sekali.
Tapi saya kasih sedikit info, Si Abah baru saja pulang melaksanakan ibadah
Umroh. Makanya kemarin saya (juga pegawai IBP yang lain) dikasih oleh-oleh buah
kurma oleh si Abah. Sekali lagi, duuuh saya
jadi enak. Oh iya, tadinya malah saya mau minta air Zam Zam. Tapi niat itu saya
urungkan karena takut air Zam Zamnya KW.
Rahmat yang terakhir adalah Rahmat Zaelani
dari Desa Balerante. Saya sudah sangat akrab sekali dengan Rahmat yang satu ini
karena dia adalah teman sekelas saya ketika kuliah. Nomor absennya persis
sebelum nomor absen saya. Motornya ketika kuliah adalah Yamaha Mio berwarna
hitam yang bersuara nguiiiiiiiiing
kalau berjalan. Setelah bekerja motornya berganti menjadi Yamaha Vixion.
Pacarnya ketika kuliah adalah Ayu Si Jane. Setelah bekerja dia ditinggal kawin
oleh Ayu Si Jane. Tapi tak masalah, sebab sebentar lagi Bang Mamat juga akan
menikah. Sepertinya, Rahmat Zaelani bukanlah tipe laki-laki yang susah move on seperti Yosie Rivanto.
Karena sebentar lagi Rahmat Zaelani akan
menikah, maka catatan ini saya khususkan untuk dirinya.
Meskipun bangga dengan namanya, tapi tidak ada
seorang pun teman sekelasnya yang memanggil Rahmat Zaelani. Bagi kami di kelas
hanya ada satu nama panggilan buat Rahmat Zaelani, yaitu Bang Mamat. Bagi saya
pribadi, namany a malah menjadi lebih khusus lagi. Karena dia adalah orang yang
baik (definisi baik menurut saya adalah orang yang suka membantu orang lain)
maka saya memanggilnya Bang Mamat Yang Baik. Tapi namanya juga manusia, Bang
Mamat Yang Baik pun terkadang suka bersikap menyebalkan, maka namanya pun
berubah lagi menjadi Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek. Itulah nama
lengkapnya. Setelah membaca tulisan ini, kau bisa memanggilnya dengan panggilan
Bang Mamat atau Bang Mamat Yang Baik atau Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek.
Kau akan sangat mudah mengenali Bang Mamat.
Badannya gemuk. Tinggi besar. Suaranya tidak kalah berat seperti badannya. Seperti
suara Sinchan. Saya bahkan curiga Bang Mamat adalah pengisi suara Sinchan yang
kartunnya suka saya lihat setiap hari Minggu jam 10 pagi. Yang juga khas dari
Bang Mamat adalah tahi lalat yang menempel di dagunya. Tahi lalat segede upil.
Setahu saya, Bang Mamat memeluk 3 agama selama
hidupnya. Islam, Persib Bandung dan Manchester United. Saya tidak tahu manakah
dari ke 3 agama tersebut yang paling diimani oleh Bang Mamat. Hanya saja,
barangkali suatu saat kau bertemu seseorang bertubuh gemuk dan bertahi lalat
segede upil di dagu sedang memakai jersey
Persib atau Manchester United harap disapa saja. Barangkali itu adalah Bang
Mamat. Siapa tahu setelah menyapanya kau akan diberi duit karena dia adalah
Bang Mamat Yang Baik. Kalau pun tidak diberi duit ya tidak apa-apa juga karena dia adalah Bang Mamat Yang Baik Tapi
Brengsek.
Tapi yang paling melekat dalam benak saya
tentang Bang Mamat adalah motor Yamaha Mionya. Motor itu, entah memakai teknik
apa, jika berjalan akan mengeluarkan bunyi nguiiiiiing
yang bisa kau dengar dari radius 500 meter. Jika sedang duduk-duduk di
parkiran kampus lalu saya mendengar suara nguiiiiing
dari kejauhan maka bisa saya pastikan itu adalah tanda kedatangan Bang Mamat.
Jika binatang menandai teritori kekuasaannya dengan kencing, maka Bang Mamat
menandai kedatangannya dengan suara nguiiiiiiing.
Sebenarnya, pemandangan Bang Mamat sedang
mengendarai Yamaha Mio itu kurang cocok untuk dilihat. Bayangkan saja, motor
Mio yang berukuran mungil ditumpangi oleh Bang Mamat yang segede kebo. Tidak
pas. Tapi Bang Mamat bisa bertahan dengan motor itu selama 3 tahun lebih.
Pernah suatu kali saya melihat Bang Mamat
dengan motor Mionya melaju dari kejauhan menuju ke tempat saya berada. Dari
jauh saya hanya melihat Bang Mamat seorang yang sedang mengendarai motornya.
Tapi setelah sampai di hadapan saya, saya baru tahu kalau Bang Mamat sedang
membonceng si Cacing. Sialan, badan Bang Mamat yang besar bahkan bisa
menyembunyikan badan kurus si Cacing yang diboncengnya.
Motor Mio Bang Mamat adalah salah satu contoh
kebaikan yang diberikan olehnya kepada saya. Juga kepada beberapa orang teman
saya yang lain yang suka meminjam motornya. Waktu saya kuliah memang hanya ada
2 orang yang motornya seringkali dipinjam. Pertama motornya Mas Maung. Dan yang
kedua adalah motornya Bang Mamat. Sebenarnya ada satu motor lagi tapi sulit
sekali untuk meminjamnya. Motor itu adalah motor milik A Wowo. Motor milik A
Wowo sulit sekali untuk dipinjam. Bukan karena A Wowo pelit tapi karena setiap
malam A Wowo selalu pergi berkencan dengan pacarnya memakai motor itu. Saya
yang saat itu masih jomblo dan baru ditolak oleh Lilis sering gugulunuk sendiri dalam hati kala
melihat A Wowo melintas bersama pacarnya.
“tai ucing. Belagu nih orang mentang-mentang
punya pacar” begitu kata saya dalam hati karena iri sama A Wowo.
Kebaikan Bang Mamat yang lain yang bisa saya
tuliskan di sini adalah tentang laptopnya. Laptop itu, suatu kali ketika kami
sedang praktek Keperawatan Jiwa di RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, pernah dipakai
untuk bermain play station.
Waktu itu kami merasa bosan karena tidak ada
hiburan di asrama tempat kami menginap. Karena laptop Bang Mamat yang paling
kompatibel saat itu, maka diputuskan untuk menginstal game Pro Evolution Socer di laptopnya. Lazimnya game itu dimainkan di
perangkat play station tapi karena
tidak ada yang mempunyai play station
maka game itu cukup diinstal di laptop milik Bang Mamat.
Awalnya semua terjadi biasa saja. Tapi karena
setiap malam laptop itu dipakai terus-terusan maka suatu hari laptop itu pun
rusak. Tidak bisa menyala lagi. Mati total. Saya tidak tahu bagaimana reaksi
Bang Mamat saat itu. Mungkin saja dia tidak marah dan bersikap biasa-biasa saja
karena dia adalah Bang Mamat Yang Baik. Tapi mungkin saja dia marah dan gugulunuk dalam hati karena dia juga
adalah Bang Mamat Yang Baik Tapi Brengsek. Tapi waktu itu saya tidak terlalu
merasa bersalah kepadanya, karena toh
yang ikut bermain bukan hanya saya seorang. Bahkan Bang Mamat sendiri pun ikut
bermain.
Satu-satunya yang membuat saya merasa berdosa
kepada Bang Mamat adalah sebuah peristiwa yang juga terjadi ketika saya praktek
di RSJ Marzoeki Mahdi Bogor. Peristiwa itu terjadi di malam hari. Saya dengan
sengaja dan penuh kesadaran diri pernah mencoret-coret kolor putih milik Bang
Mamat. Dan itu bukan coret-coret biasa. Saya menggambar penis tepat di bagian
kolor yang menutupi penis Bang Mamat.
Malam itu, ketika Bang Mamat tertidur lelap
saya diam-diam mendekatinya. Di tangan saya sudah ada sebuah spidol hitam.
Target saya bukan muka atau bagian perut Bang Mamat. Tapi kolor putih yang saat
itu dipakainya. Dengan jiwa seni yang adiluhung kemudian saya mulai
berkonsentrasi menggambar penis di kolor itu. Sreeet sreeet sreeet. Kun
faya kun, maka jadilah gambar sebuah penis lengkap dengan peler (nama
ilmiahnya : skrotum) dan sedikit bulu-bulunya. Dalam hati saya tertawa puas.
Hahahaha
Yang tidak saya sadari adalah spidol yang saya
gunakan adalah spidol permanen. Gambar penis itu tidak bisa hilang berapa kali
pun dicuci. Bang Mamat pun sampai merasa
putus asa. Saya merasa berdosa. Dan lebih berdosa lagi ketika membayangkan apa
reaksi mamahnya Bang Mamat ketika mencuci kolor tersebut. Semoga saja mamahnya
Bang Mamat tidak merasa menyesal sudah menguliahkan Bang Mamat di akper tapi
kerjanya hanya bisa menggambar penis di kolor. (Maafkan saya, Mamahnya Bang
Mamat).
Akhirnya kolor putih itu harus pensiun dini.
Setelah gambar penis itu tidak bisa dihapus kolor itu tidak pernah Bang Mamat
pakai lagi (ya malu juga keleeeuuuuus
make kolor yang ada gambar tititnya).
Itulah 2 contoh kebaikan yang pernah Bang
Mamat berikan kepada saya. Kau pun jika sudah mengenalnya mungkin akan
menemukan kebaikan-kebaikan lainnya.
Jika memikirkan kembali peristiwa kolor itu
saya selalu tersenyum-senyum sendiri. Hidup memang lucu. Tuhan pasti Maha
Woles.
Yang juga lucu adalah
ketika saya menulis catatan ini saudara Mul mengabarkan kalau Bang Mamat akan
melaksanakan akad nikahnya besok. Tapi ketika saya konfirmasi ulang kepada Bang
Mamat ternyata itu bukan akad nikah, hanya sebuah acara syukuran saja. Syukuran
karena mungkin akhirnya Bang Mamat bisa nikah juga. Dulu juga saya sempat ragu
apakah Bang Mamat masih berhasrat melanjutkan hidup setelah ditinggal kawin
oleh Ayu Si Jane.
Ah, tapi rupanya saya
tak perlu merasa khawatir. Sebab tanggal 5 Mei nanti Bang Mamat akan
mempersunting seorang gadis pengganti Ayu si Jane. Sebagai bentuk balas budi terhadap kebaikan
Bang Mamat yang suka meminjamkan motornya kepada saya, saya akan berusaha keras
untuk hadir di acara resepsi pernikahannya. Meskipun itu artinya saya harus
bolos kerja dan siap-siap menerima omelan dari Mpok Ati dan Bu Uci.
Tapi hari ini, saya rasa
cukup dengan mengirim tulisan ini khusus
buat Bang Mamat.
Glory Glory Bang Mamat Yang Baik.
Kampung Melayu, 08 April 2015
Catatan :
Gugulunuk : dari Bahasa Sunda artinya
menggerutu
bagi saya bang mamat adalah bang mamat yang baik,di karenakan jika saya ngidam sepiring ketoprak,saya and the gang cukup mengetuk pintu rumahnya dan berkata "bu ada rahmatnya"?bang mamat pun keluar langsung membawa dompet dan mengarahkan ke tempat biasa ketoprak samping kuburan.
BalasHapusSaya kenal rahmat solihin yg pindahan dari irna a, bisa minta no kontak nya gak?
BalasHapusTrims.. ya,
BalasHapusterimakasih mbak, saya baru tau ternyata Minyak Varash Untuk Benjolan
BalasHapusdi Payudara katanya bagus ya. Mungkin bisa juga untuk referensi
untuk anda. terimakasih informasinya ya