Sabtu, 13 Februari 2016

Apa Yang Akan Kamu Lakukan Jika Hidupmu Tinggal Sehari?

Anggap saja suatu hari Izrail si Pencabut Nyawa sedang bermurah hati. Ia akan mendatangi manusia yang akan ia cabut nyawanya hari itu, menyapanya dengan ramah, lalu berkata "oke, kamu akan mati 24 jam lagi. Silahkan lakukan apa pun yang kamu mau --mabuk, ngentot, memaki atasanmu dengan menyebutnya lonte tua pemarah, beramal di panti asuhan, menulis surat wasiat, mewakafkan hartamu untuk yayasan anak yatim. Atau bisa saja kamu tidak melakukan apa-apa dan tidur seharian sampai kamu mati, terserahmu saja. Yang jelas 24 jam lagi kamu akan mati."

Ia juga akan berkata seperti itu kepadaku setelah sebelumnya berkata "bangunlah, pemalas" ketika melihatku menggeliat di atas kasur seperti seekor cacing yang dipanggang sinar matahari. Hari masih pagi dan aku masih mengantuk.

Aku, tentu saja, akan merasa kaget. Bagaimana mungkin seseorang bisa masuk begitu saja ke dalam kamarku dan duduk dengan santai dan seenaknya bilang kalau sebentar lagi aku akan mati. Ia pasti orang yang super edan. Zaman sekarang memang mudah sekali menemukan orang-orang edan semacam itu. Banyak hal yang bisa bikin orang-orang jadi edan dan menderita waham kebesaran seperti itu, gagal jadi anggota legislatif misalnya.

Atau bisa jadi aku hanya sedang bermimpi. Semua hal-hal ajaib bisa terjadi dalam mimpi, bukan? Melihat seseorang dengan setelan rapi seperti Jay Gatsby duduk santai bertumpang kaki sambil menggunting kuku-kuku di jari tangannya dan mengaku kalau dirinya adalah malaikat Izrail dan dengan murah hati berkata kalau aku akan mati 24 jam lagi adalah hal yang cuma bisa terjadi dalam mimpi. Ya, pasti begitu. Pasti aku sedang bermimpi.

Lalu orang itu (malaikat, maksudku) akan tertawa terbahak-bahak sambil mengejekku. Sebagai malaikat, ia tentu tahu apa yang sedang aku pikirkan meskipun aku tidak mengatakannya. Mengetahui kalau aku mengiranya orang edan dan menganggap ini semua hanya mimpi membuat tawanya meledak. Sambil terkekeh-kekeh karena tawanya ia menyebutku anak bodoh. Dan ia akan menyebutku anak bodoh sebanyak tiga kali lagi sebelum kemudian ia berdiri, merapikan celana dan setelan tuxedonya, lalu pamit pergi. Ia masih mengingatkanku kalau sebentar lagi aku akan mati dan sebaiknya aku memikirkan apa yang akan aku lakukan selama menunggu kematianku yang kurang dari 24 jam lagi. Sebagai usaha untuk membuatku semakin percaya kalau dirinya adalah malaikat maka ia akan menghilang begitu saja dari hadapanku.

Aku mungkin masih tetap tidak percaya kalau aku baru saja bertemu dengan Izrail yang sedang bermurah hati karena hal-hal semacam itu aku pikir hanya terjadi dalam mimpi. Untuk memastikannya aku melaksanakan petuah nomor 69 yang aku dapat dari tayangan sinetron tentang cara-cara memastikan apakah kamu sedang bermimpi atau tidak ; menampar pipimu sekencang mungkin.

Plaaak!

Sakit. Berarti itu bukan mimpi.

Aku mungkin tidak akan tertidur lagi di sisa pagi itu. Hal-hal ajaib seperti itu kadang ampuh untuk mengusir rasa kantuk dan membuatmu terjaga. Mungkin untuk beberapa menit aku akan bengong seperti orang bego. Maksudku, yaah jika kamu tiba-tiba tahu kalau sebentar lagi akan mati pasti fungsi otakmu akan terganggu untuk sementara waktu.

Yang jelas aku akan bangun dari kasur, pergi ke dapur, menjerang air dan menyeduh kopi lalu berjalan ke beranda rumah, duduk di kursi kayu yang ada di sana, merokok dan kembali memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan. Biasanya setelah merokok dan minum kopi otakku bisa bekerja lebih beres.

Sambil merokok aku mungkin akan berpikir bagaimana kalau aku pergi ke mesjid, memohon ampun dan bertobat kepada Tuhan untuk semua dosa-dosaku, meskipun sebenarnya aku pikir percuma saja dan rasanya tidak adil juga dengan tobat mendadak seperti itu. Katakanlah, jika tadi pagi Izrail tidak menemuiku dan memberi tahu kalau aku akan mati, apakah aku juga akan tetap bertobat? Rasanya tidak. Jadi kemungkinan besar pilihan itu tidak akan aku lakukan.

Mungkin sebaiknya aku mengerjakan hal-hal yang lebih berguna daripada tobat mendadak seperti itu. Membersihkan rumah sepertinya bukan ide yang buruk. Rumahku memang jarang sekali dibersihkan karena aku terlalu malas, jauh lebih pemalas daripada seekor koala. Setidaknya setelah aku mati rumahku sudah bersih dan rapi dan orang-orang tidak perlu repot bersih-bersih jika mereka akan menggelar tahlilan di sana. Terdengar sangat mulia sekali. Membersihkan rumah sebelum mati bahkan terdengar cocok untuk dijadikan judul sebuah sinetron religi.

Ya, itu yang akan aku kerjakan setelah kopiku habis. Tapi sebelumnya aku akan merokok sebatang lagi.

Aku akan berpikir sebaiknya aku memulai dari kamar mandi. Menguras bak air. Rasanya sudah 100 tahun lamanya bak ini tidak pernah dikuras. Ibuku pernah memberi formula yang ampuh untuk membersihkan kerak yang menempel di dalam bak mandi. Campurkan deterjen dengan minuman penambah energi lalu tambahkan air secukupnya. Dijamin semua kerak yang menempel akan luruh. Aku tidak tahu darimana ibuku tahu tentang formula ini. Tapi aku jadi khawatir jangan-jangan beliau juga bisa membuat sebuah bom atom dari bumbu-bumbu dapur. Aku semakin tidak berani melawannya.

Ah, aku jadi teringat ibuku. Mungkin setelah membersihkan rumah aku akan meminta maaf kepada ibuku. Kepada ayahku juga sih. Itu wajib aku lakukan. Bang Onay temanku, pernah bilang kalau ridho Tuhan ada pada ridho orang tua. Jadi kalau orang tuamu tidak ridho kamu masuk surga maka Tuhan pun tidak akan memasukkanmu ke dalam surga. Jangan sampai jalur masuk ke surgaku dipersulit karena kedua orang tuaku merasa menyesal sudah melahirkan dan membesarkan anak sepertiku.

Mungkin mereka akan menganggapku gila karena tiba-tiba saja meminta maaf. Tapi aku tidak peduli, aku harus tetap minta maaf dan jangan bilang kalau aku akan mati sebentar lagi, hal itu bisa bikin mereka mengira aku betul-betul gila. Cukup minta maaf saja. Meskipun aku pikir mereka pada akhirnya akan tetap memaafkanku juga. Tapi memang lebih baik kalau aku meminta maaf terlebih dahulu.

Setelah itu mungkin aku akan berpikr untuk meminta maaf kepada teman-temanku. Beberapa orang di antara mereka ada yang pernah aku isengi dan aku takut mereka menyimpan dendam dan mendoakan hal-hal buruk terjadi kepadaku. Jika rumah mereka terlalu jauh aku jangkau mungkin aku akan meminta maaf via telepon, atau via pesan singkat. Aku rasa begitu juga cukup. Dan untuk beberapa teman dekatku aku cukup berpamitan saja, bilang saja kalau selama ini aku merasa senang sudah berteman dengan mereka. Ya, cukup begitu dan jangan terlalu didramatisir.

Terakhir, mungkin aku akan meminta maaf kepada gadis itu. Aku pernah melukai perasaannya. Sebenarnya ini kejadian yang sudah lama berlalu dan aku pikir ia juga sudah melupakannya tapi karena aku merasa belum meminta maaf kepadanya secara pantas maka sekarang aku harus menemuinya lagi. Aku tahu tempatnya bekerja. Aku akan pergi ke sana, semoga ia ada di tempatnya dan aku bisa meminta maaf secara langsung. 

Ia juga pasti akan merasa keheranan karena aku tiba-tiba saja meminta maaf kepadanya. Mungkin aku akan bilang kalau sebentar lagi aku akan mati tapi hal itu pasti akan membikin ia tambah heran dan menganggapku gila. Mungkin lebih baik aku mengarang sedikit cerita, aku kebetulan lewat ke tempatnya bekerja dan memutuskan mampir untuk sekedar meminta maaf. Aneh juga sih. Atau aku bilang saja kalau aku terkena sebuah penyakit serius dan umurku tidak akan bertahan lama jadi aku memutuskan untuk datang kepadanya dan meminta maaf. Sepertinya cerita terakhir terdengar lebih masuk akal. Dan kemungkinan besar ia akan percaya.

Lalu aku akan pulang kembali ke rumah dan menunggu si Izrail datang. Aku akan mandi dan memakai pakaian kesukaanku --sebuah jersey Manchester United dan boxer bergambar Mario Bross. Aku akan membakar rokok dan bermain gitar dan menyanyikan salah satu lagu yang pernah aku tulis berjudul Berapa Harga Kroket di Rumahmu. Lagu itu aku tulis ketika masih SMA. Ceritanya tentang seorang bocah yang berjualan kroket tapi tidak ada seorang pun yang membelinya karena kroketnya tidak enak. Tapi bocah itu tetap keras kepala dan terus saja berjualan kroket yang rasanya tidak enak itu. 

Aku pikir itu lagu yang sangat bagus. Karena sebentar lagi aku akan mati maka aku mungkin akan memutuskan untuk merekamnya dan siapa tahu setelah aku mati ada seseorang di luar sana yang menemukannya lalu merilisnya.

Setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan. Mungkin aku akan minum kopi lagi, merokok beberapa batang dan bernyanyi beberapa lagu cinta sampai bosan. Mungkin aku akan tertidur karena kelelahan. Aku tidak tahu. Mengetahui kalau sebentar lagi aku akan mati ternyata merepotkan. Memang sebaiknya maut itu dirahasiakan saja. Aku akan sampaikan hal ini kepada Izrail kalau ia datang nanti. Dan sebelum ia mencabut nyawaku aku akan bilang, "sebatang lagi yaa?"

Tambun Selatan, 13 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar