Kamis, 05 November 2015

Merindukan Ibu

Ibu pernah bilang kalau di bulan ada seorang nenek yang sedang menenun kain dan seekor kucing yang setia menemaninya. Aku bertanya dari mana ia bisa tahu tentang hal itu.

"Kau bisa melihatnya saat bulan sedang purnama" jawab ibu.

Maka setiap kali purnama aku selalu memandang bulan, mencari seorang nenek dan seekor kucing yang dimaksud oleh ibu. Tapi aku tak pernah bisa menemukannya.

"Purnama sekarang tidak seterang ketika ibu kecil dulu" Ibu berkilah setiap kali aku protes karena tidak ada nenek-nenek dan kucing di bulan. Mungkin ia benar, meskipun dalam hati aku selalu berharap bisa melihat nenek dan kucing itu seperti yang ibu lihat ketika ia masih kecil.

Ketika aku sudah dewasa aku baru tahu kalau di bulan tidak ada apa-apa. Setidaknya begitu menurut pelajaran yang aku terima di sekolah. Memang pernah ada dua makhluk hidup yang pernah menginjakkan kakinya di bulan, tapi mereka bukan nenek-nenek dan seekor kucing.

Aku tidak merasa sakit hati dan menganggap ibu sudah berbohong kepadaku. Mungkin ia hanya sedang berusaha menghiburku saat itu. Mungkin juga ibu melihat permukaan bulan menyerupai bentuk seorang nenek yang sedang menenun kain dan seekor kucing. Atau mungkin ia juga hanya mendengar cerita itu dari orang lain lalu menceritakannya kepadaku. Tapi aku selalu penasaran dan berharap suatu saat aku juga bisa melihat permukaan bulan yang menyerupai seorang nenek yang sedang menenun kain dan ditemani oleh kucingnya.

Maka setiap kali purnama aku selalu memandang bulan. Dan aku tetap tidak bisa menemukan nenek dan kucing itu.

Ibu sudah lama meninggal. Ia meninggal karena sakit. Ada sebuah benjolan di leher kanannya. Awalnya hanya sebesar kelereng, lalu bertambah menjadi sebesar biji salak,  lalu sebesar biji durian. Benjolan itu seperti menyedot semua daging dan lemak di tubuhnya. Benjolan itu semakin besar dan tubuh ibu semakin kurus. Dokter pernah menyarankannya untuk operasi tapi ibu tidak mau. Ia takut dioperasi. Ia hanya menelan obat-obatan herbal dari beberapa pengobatan alternatif yang menjanjikan benjolan itu bisa hilang tanpa pembedahan. Benjolan itu malah semakin membesar dan ibu semakin kurus. 

Ibu sudah lama meninggal. Aku selalu merindukannya. Di antara beberapa kenangan yang selalu membuat aku rindu, ceritanya tentang bulanlah yang selalu aku ingat. Tentang seorang nenek yang sedang menenun kain dan ditemani oleh kucingnya.

Maka setiap kali purnama, aku selalu memandang bulan. Aku tetap tidak bisa menemukan nenek dan kucing itu. Mungkin memang nenek-nenek dan kucing itu tidak pernah ada. Tapi aku berharap ibu ada di sana. Ibu ada di bulan. Sendirian atau ditemani oleh nenek dan kucingnya, aku tidak peduli. Aku hanya berharap ibu ada di bulan sehingga aku bisa melihatnya dari sini.

Maka setiap kali aku merindukan ibu, aku akan selalu memandang bulan.


Warung Kopi Pakde, 06 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar