Seperti judulnya, tulisan ini memang sengaja ditujukan buat
Mas Mbeb. Saya merasa sangat terharu dan tersanjung karena dalam salah satu
tulisannya Mas Mbeb mencantumkan nama saya (bisa dibaca disini http://nursestation69.blogspot.com/2015/01/random-notes.html ). Jadi anggap saja ini sebagai surat
cinta balasan dari saya, meskipun saya tahu
kalau Mas Mbeb tidak akan merasa terlalu senang karena sekarang Mas Mbeb
sudah punya dua orang gebetan yang memberinya kasih sayang dan perhatian (huh,
xombong). Tapi biarlah, biar semua orang juga tahu kenapa saya bisa mengenal
Mas Mbeb.
Jadi, kenapa saya bisa kenal Mas Mbeb? Jawabannya sama
seperti jawaban yang diberikan Mas Mbeb kepada Mas Maung, “tidak tahu”. Ya,
saya tidak tahu kenapa saya bisa mengenal Mas Mbeb. Saya juga lupa kapan pertama
kali kita mengobrol atau saling berbicara. Tapi saya ingat kapan pertama kali
saya bertemu dengan Mas Mbeb meskipun sedihnya pasti Mas Mbeb tidak ingat kapan
pertama kali bertemu dengan saya.
Ini adalah kisah yang tejadi bertahun-tahun silam ketika
rezim SBY masih berkuasa di negeri ini. Dan ketika kantung matanya belum
terlalu besar. Peristiwa ini terjadi ketika awal-awal saya masuk kuliah.
Peristiwa ini selalu melekat dalam ingatan saya. Bahkan mungkin diantara
teman-teman saya yang lain peristiwa pertemuan dengan Mas Mbeb merupakan salah
satu peristiwa yang selalu saya ingat.
Waktu itu adalah masa-masa sebelum OSPEK (atau di kampus
kami disebutnya Pra-PPS). Saya tidak terlalu ingat dengan pasti apakah saat itu
saya sedang daftar ulang atau sedang melihat dftar peserta yang lulus ujian
masuk Akper Depkes. Yang saya ingat saat
itu semua calon mahasiswa masih memakai pakaian bebas, belum memakai seragam.
Disitulah pertama kalinya saya bertemu dengan Mas Mbeb. Sebetulnya kurang tepat
juga jika peristiwa itu disebut sebagai pertemuan karena sebenarnya saya hanya
melihat Mas Mbeb dari jauh tanpa berusaha berkenalan atau pun menyapanya.
Mas Mbeb pada waktu itu adalah sesosok bocah gendut dengan
rambut poni lempar miring kiri, kaos putih dengan logo Superman, skinny jins hitam dan sepatu Converse
buluk. Sepertinya waktu itu pun Mas Mbeb sudah berstatus jomblo karena saya
melihatnya sendirian tanpa ada wanita yang menemaninya. “wiiiih anak Emo nih
pasti” gumam saya dalam hati.
Emo memang sedang menjadi hype tersendiri di Indonesia pada waktu itu. Band-band macam My
Chemical Romance, The Used, Fall Out Boys sedang rame-ramenya diperbincangkan.
Dandanan anak Emo pun khas, rambut poni lempar + skinny jins + sepatu Converse (kalau perlu pasang muka murung penuh
kesedihan). Melihat Mas Mbeb dengan dandanan seperti itu saya jadi menebak
kalau bocah gendut ini adalah salah satu
jamaah Emo (yaah meskipun muka Mas Mbeb bisa dibilang lebih terlihat
mesum daripada murung dan sedih).
Tebakan saya ternyata tepat. Meskipun tidak Emo-Emo banget
tapi Mas Mbeb adalah seorang fans berat My Chemical Romance (saya lupa tahu
darimana kalau Mas Mbeb suka My Chemical Romance). Adalah suatu hal yang
canggih juga seseorang yang suka My Chemical Romance jadi perawat. Lebih
canggih lagi karena itu terjadi di Akper Depkes angkatan saya. Karena setahu
saya di angkatan saya mahasiswa yang suka My Chemical Romance hanya ada empat
orang. Selain Mas Mbeb dan saya, dua orang laginya adalah Omesh dan Anita
Widyaningsih.
Tapi semua selesai sampai disitu. Setelah pertemuan itu,
praktis saya tidak pernah memikirkan Mas Mbeb lagi. Kita ditempatkan di kelas
yang berbeda, saya di kelas A dan Mas Mbeb di kelas B. Saya Cuma tahu bahwa
bocah gendut yang saya lihat itu bernama Mas Mbeb, suka My Chemical Romance dan
pernah menjadi MC saat acara Caping Day.
Saya tidak pernah ngobrol serius dan panjang lebar dengannya. Mungkin sesekali
pernah saling menyapa. Terkadang saya juga sering melihatnya dengan motor Supra
dan helm hitamnya yang khas. Bisa dibilang meskipun 3 tahun kita kuliah di
tempat yang sama tapi hubungan kami tidak terlalu intim. Setahu saya Mas Mbeb
lebih intim dengan Gugun.
Kemudian kami lulus dan saling berpencar. Saya kemana, Mas
Mbeb kemana. Selama itu saya tidak pernah mengetahui kabar dari Mas Mbeb. Saya
menganggur selama kurang lebih 5 bulan. Hingga suatu hari saya bertemu kembali
dengan Mas Mbeb di parkiran motor Grage Mall, sebuah mall di pusat Kota
Cirebon. Lagi-lagi Mas Mbeb hanya terlihat seorang diri (mungkin masih tetap
jomblo). Tentu saja kami saling menyapa dan bertanya kabar masing-masing. “Hai
Mas Mbeb”. Eh, dulu sih belum pake awalan Mas jadi mungkin sapaannya seperti
ini, “Hai Mbeb”. Blaa blaa blaa. Saya
jadi tahu kalau saat itu Mas Mbeb sudah bekerja di Pertamina tapi bukan di
rumah sakitnya melainkan di tempat pengeborannya. Jadi 2 minggu dia bekerja di
tempat pengeboran, 2 minggu libur. Pada saat bertemu dengan saya waktu itu Mas
Mbeb sedang libur.
Dan lagi-lagi semua selesai sampai disitu. Karena setelah
pertemuan itu ada jeda yang cukup panjang sehingga saya tidak pernah bertemu
lagi dengan Mas Mbeb. Sampai kemudian
saya diterima bekerja di RSCM. Pada waktu itu hanya saya dan Dini, teman
angkatan satu kampus, yang bekerja di RSCM. Saya merasa kesepian karena tidak
mempunyai teman satu angkatan yang bekerja bareng.
Saya tidak tahu bagaimana mulanya tapi kemudian Mas Mbeb
juga bekerja di RSCM. Mungkin karena merasa ada teman dari situ saya mulai
sering main ke kosan Mas Mbeb. Dulu Mas Mbeb masih kos di Wisma Pevita Bembi
sebelum pindah ke Kosan Bang Udin. Kamar kosnya sangat sempit, hanya muat untuk
2 orang. Tapi saya sering mampir kesana. Kadang saya mampir ke sana sepulang
kerja, atau sesekali mampir saat saya baru mudik dari Cirebon (biasanya kalau
hanya malas masuk kerja). Atau sesekali saya Cuma mampir untuk numpang ee di
WCnya. WCnya sudah seperti WC umum yang bisa digunakan oleh siapa saja. Mungkin
itulah awal kedekatan saya dengan Mas Mbeb. Sebelum Yosie dan Mas Maung datang,
MasMbeb adalah teman seangkatan yang sering saya kunjungi.
Suatu hari saya kepikiran untuk membuat zine tentang
keperawatan. Cuma saya tahu kalau saya tidak bisa mengerjakannya sendirian.
Karena itu saya berniat mengajak teman-teman saya yang lain untuk bergabung.
Anehnya, orang yang pertama kali terlintas untuk diajak bergabung adalah Mas
Mbeb. Padahal saat itu saya tidak tahu apakah Mas Mbeb suka menulis atau tidak?
Maka hanya dengan bermodal keyakinan bahwa fans My Chemical Romance adalah
orang yang keren saya ajaklah Mas Mbeb untuk bergabung. Ternyata Mas Mbeb
setuju dan bisa nulis juga! Saya ingat tulisan pertamanya adalah “Sperma Siapa
di Celana Dalam Bunga” (Hmmm, selain jomblo sepertinya sejak dulu Mas Mbeb
sudah menunjukkan bakat mesumnya). Setelah proyek zine itu berjalan hubungan
saya dengan Mas Mbeb menjadi semakin dekat. Apalagi kemudian datang Yosie dan
Mas Maung dan kemudian mereka mendirikan Udin Syndicate.
Itulah sejarah perkenalan saya dengan Mas Mbeb. Ketika
menulis ini tahun 2014 sudah berlalu selama 4 hari. Saya pertama kali melihat
Mas Mbeb pada tahun 2008. Ketemu di Grage Mall tahun 2011. Main ke kamar Mas
Mbeb di Wisma Pevita Bembi tahun 2012 dan sekarang sudah tahun 2015. Ada banyak
hal yang sudah berubah tentunya, baik dalam diri Mas Mbeb atau pun diri saya
sendiri. Sekarang saya sudah berkeluarga. Anak saya sudah berumur 2 tahun,
mulai pinter ngomong dan cerewet. Rambut Mas Mbeb kini bukan poni lempar ala
anak Emo lagi. Mas Mbeb juga sekarang sudah punya gebetan meskipun masih
jomblo. Tapi diantara kami berdua ada dua hal yang belum berubah,
1.
Titit kami masih sama-sama mungil
2.
Kami masih suka dengan My Chemical Romance
meskipun band itu kini sudah bubar.
Sebagai sesama fans My Chemical Romance maka tulisan ini
saya tutup dengan sebuah lirik lagu milik mereka,
Cause you only live
forever in the lights you make
When we were young we
used to say
That you only hear the
music when your heart begins to break
Now we are the kids
from yesterday
We are the kids from yesterday, Mas Mbeb.
Kampung Melayu, 4 Januari 2015
Catatan tambahan :
1.
Oh iya kedekatan saya dengan Mas Mbeb juga
terjadi karena dulu saya sering meminjam uang kepadanya. Sampai sekarang pun
saya masih punya hutang yang belum dibayar.
2. Saya juga menulis sebuah tulisan pengantar untuk
undangan pernikahan saya di kamar kos Mas Mbeb di Wisma Pevita Bembi. Tulisan
itu bisa dibaca di surat undangan pernikahan saya (bagi mereka yang kebagian
undangan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar