Teretetetet tet. .tetet. .tetet. .
(Maaf suara diatas bukanlah suara petasan, meskipun kisah
ini ditulis di Bulan Ramadhan yang selalu ramai dengan suara petasan).
Lalu suara apakah itu?? Itu adalah suara knalpot motor,
dalam media berbentuk tulisan seperti ini memang sangat susah sekali
mendeskripsikan suatu bunyi menjadi sangat jelas dan bisa dipahami.
Lalu kenapa suara knalpot motor bunyinya seperti itu? Kenapa
tidak brum. .brum . .brum . .? atau grung. .grung . .grung . .? biar terdengar
suaranya lebih gagah? Supaya orang yang membaca tulisan ini secara tidak
langsung membayangkan suara itu berasal dari mesin Ducati? Karena memang suara
knalpot yang saya dengar bunyinya seperti itu, teretetet tet tet tet. .
Lalu motor siapakah yang suara knalpotnya seperti itu? Tidak
lain dan tidak bukan suara itu berasal dari sepeda motor milik saudara Dudu
Rochendi. (yeaaaahhhh.. selamat datang Mas Duu di semesta Jemmy Oh Jemmy.
Hahaha)
Untuk kisah Jemmy Oh Jemmy part 5 ini saya mengawalinya
bukan dari Jemmy tetapi dari Dudu, lebih tepatnya lagi dari sepeda motor
miliknya yang saya bayangkan sedang melintasi debu jalanan kota Cirebon yang
gersang, yang pohon-pohonnya kini berganti menjadi tembok beton yang dengan
bangga disebut oleh walikotanya sebagai mall.
Dudu tidak sendirian. Dia membonceng lagi seorang temannya
yang berperawakan tinggi jangkung layaknya seorang Peter Crouch, hanya saja
bedanya Peter Crouh yang ini bukan berasal dari daratan Britania melainkan dari
daratan yang juga tak kalah gersang dengan Cirebon, yaitu Arab Saudi. Fickar
Mustafa Basamalah namanya. Mahasiswa jurusan manajemen yang sudah berencana
jika lulus nanti akan membuka klinik Tong Fang yang insya alloh akan membantu
kaum lelaki bertambah panjang setidaknya 5 cm. Silahkan tafsirkansendiri apanya
yang bertambah panjang tersebut.
Berdua mereka menembus terik siang demi memenuhi panggilan
seorang teman tercinta, Yang Mulia Jemmy. Karena Jemmy dalam kisah ini bukanlah
seorang fotografer maka untuk memenuhi eksistensinya di dunia kampus maka dia
berencana untuk membentuk sebuah band yang tujuannya tidak pernah jauh-jauh
dari modus untuk menggaet para kimcil beserta para SPG dan sebagian mahasiswi
tingginya bertambah (bukan karena klinik Tong Fang) tetapi karena memakai
wedges. Maka dipanggilah Dudu dan Fickar, 2 teman sekelasnya, yang menurut
Jemmy bisa bermain musik setidaknya satu level dengan Armada. Tanpa bisa
menolak Dudu dan Fickar pun langsung mengiyakan ajakan Jemmy. Lalu teretet tet
tet tet. . . melajulah motor Dudu bersama imajinasi saya.
Memasuki daerah Perumnas Cirebon, yang admin dari akun
twitternya masih menjadi misteri sampai sekarang, tiba-tiba Dudu menghentikan
laju kendaraannya di depan sebuah rumah.
“Ko berhenti, Mas Duu?” kata si Fickar penasaran.
“Bentar Rab, kayaknya ada yang aneh deh”
“Hah? Apaan Mas Duu?”
“Tadi ane liat sesuatu yang janggal Rab?”
“Ahh ente jangan aneh-aneh Mas Duu? Masa siang-siang gini
liat setan??”
“Bukan setan, Rab. Tapi janggal aja gitu ane liatnya?”
“Apaan sih Mas Duu? Jangn bikin ane ketakutan sih?”
“Ahh cemen ente, titit aja gede tapi penakut”
“Waah jangan bawa-bawa titit Mas Duu, gak ada hubungannya
antara besar titit sama besar rasa takut”
“Ahh kita ko jadi ngomongin titit sih Rab? Bahlul ente”
“Ente yang mulai sih,
bilang liat hal-hal yg aneh segala?”
Kemudian Dudu memundurkan motornya beberapa meter ke
belakang, ke dekat sebuah rumah gedong.
“Coba deh Rab ente perhatiin tulisan itu?” kata Dudu sambil
menunjuk sebuah tulisan di sebuah papan di depan rumah gedong. Fickar kemudian
menoleh mengikuti arah telunjuk Dudu. Matanya tertuju pada tulisan seperti yang
dituduhkan oleh Dudu,
Notaris Pejabat Pembuat
Akta Tanah
Rezky Aditya Perdana
S.E
“Waah bener Mas Duu, kayaknya ada yang aneh dengan tulisan
tersebut?”
“Bener kan kata ane, makanya tadi pas lewat ane langsung
berhenti.”
“Tapi apanya yang aneh ya Mas Duu?”
“Nah itu dia, Rab. Ane juga bingung!!”
Fickar memandangi kembali tulisan tadi. Pikirannya mencoba
menerawang keanehan tulisan tersebut. Tetapi rupanya mentok, pikirannya tidak
bisa menemukan jawaban yang memuaskan. Selalu mentok kepada bayangan paha Mamah
Rista.
“ Astagfirullah” gumam Fickar.
“Kenapa, Rab?”
“Aneh ko ane malah kepikiran pahanya Mamah Rista ya?”
“Subhanallah, Rab!! Kok sama ya??!!”
“Ya ampuuun Mas Duu, ternyata kita memang benar-benar
sehati. Ane jadi terharu” kata Fickar. Matanya terlihat berkaca-kaca, kemudian
mereka berdua berpelukan. (anjiis geuleuh pisan haha)
Ditengah adegan yang menajiskan tersebut lewatlah si tukang
cukur Idham dengan sepeda motornya. Biar beda suaranya dengan sepeda motor Dudu
maka suaranya saya buat seperti ini, breuum . .breuumm. .breumm. .
Idham berhenti di depan adegan pelukan yang menajiskan tadi.
10 menit kemudian. .
“Ehhhh. . nanaonan ieu??”
dengan logat Sundanesse yang kental. Kaget mendengar ada suara yang menegurnya,
adegan peluk-pelukan Dudu-Fickar pun
berakhir.
“Ehhh. .hehe. .biasa A, romansa masa muda” jawab Dudu sambil
tersipu malu. Mukanya memerah seperti tomat matang tapi busuk.
“Jangan disini atuh adegannya, malu sama yang baca”
“Gak tau atuh A, da penulisnya kok bikin adegan kayak gitu
segala?” kata Fickar yang kumisnya basah gara-gara menangis elakukan adegan
pelukan tadi yang ternyata sangat mengaharu biru sehingga membuat sisi hello
kittynya keluar.
“A Idham sendiri ngapain lewat kesini, libur nyukur
rambutnya?” giliran Dudu yang bertanya.
“Sama atuh, saya juga ga tau da penulis ceritanya ko bikin
adegan saya lewat sini dan harus menyaksikan pelukan paling romantis nan najis
selama 10 menit” jawab Idham yang bagian sleting celananya terlihat agak
mancung setelah menyaksikan adegan pelukan Dudu-Fickar.
“Ahhh beungeut su’uk
ieu mah anu nulis caritana” kata Fickar yang berbodi Arab tapi berlidah
Sunda.
“Ah lieur saya mah. Ya sudah saya mau balik lagi ke
pangkalan untuk menunaikan tugas wajib mencukur rambut” kata Idham seraya
menyalakna mesin motornya. Tapi kemudian Dudu mencegahnya.
“bentar dulu A, coba liat itu. Ada yang aneh gak sih?” kata
Dudu sambil menunjukkan papan nama yang tadi dilihatnya.
Idham pun melihatnya,
Notaris Pejabat Pembuat
Akta Tanah
Rezky Aditya Perdana
S.E
“Betul euy, kayak ada yang aneh ya? Berasa kurang sreg di
hati” Idham juga merasa kebingungan.
“ coba sebentar saya pikirkan dulu” Idham pun merenung.
15 menit kemudian. .
“Astagfirullah !!” Idham tersentak kaget.
“Kenapa A!!” Dudu dan Fickar juga ikutan kaget. (“iya kenapa
sih A?!!” penulis juga ikutan kaget)
“Aneh ko saya jadi kepikiran pahanya Ipong yaa?? Kata Idham
datar.
Dudu dan Fickar muntah. Penulis juga.
Setelah selesai muntah. .
Ipong yang dimaksud oleh Idham adalah Irfan Hermawan yang
pernah bermain di filem James Bloon agen gas elpiji 13 kg, juga pernah
menjuarai ajang Jakarara untuk kategori pria termaho, dan yang terakhir pernah
jatuh cinta sama Ivana tapi kemudian tidak jatuh cinta lagi sama Ivana karena
Ivana suka sama Armada.
“Ini masalah ideologi, Bung!!” jawab Ipong tegas saat
ditanya kenapa lebih memilih untuk tidak jatuh cinta sama Ivana yang suka
Armada. Akhirnya Ipong jatuh cinta sama Idham karena Idham suka sama Suede. Dan
saya, Dudu serta Fickar pun muntah lagi.
Setelah selesai muntah yang kedua. .
Idham pun menghubungi Ipong untuk segera datang ke tempatnya
berada. Idham merasa bahwa Ipong bisa menjawab keanehan yang terjadi pada
sebuah papan tulisan tadi.
“Say. . bisa kesini gak?” kata Idham melalui handphonenya.
Diseberang telepon terdengar sebuah jawaban,
“Maaf pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan
ini. Silahkan isi ulang terlebih dahulu”
“Ehh Ipong. . ko suara kamu jadi kayak robot gituh??”
Tidak terdengar jawaban dari Ipong selain suara tuuuut tuuut
tuuut. Telepon terputus.
Wajah Idham tampak muram. Ia mengira Ipong berubah. Suaranya
tidak mesra lagi. Malah berubah menjadi seperti robot. Idham takut perasaan
Ipong ikut berubah seperti suaranya. Melihat Idham tiba-tiba berubah murung,
Dudu dan Fickar pun menjadi penasaran.
“ A kenapa atuh jadi kusem gitu mukanya?”
“Gak tahu eyy, tiba-tiba aku merasa Ipong berubah!! Apakah
perasaanya kepadaku pun ikutan berubah?? Aku tanpa Ipong bagaikan butiran tai
embe anu jiga sukro tea geuning!!”
Idham mendeklamasikan kegundahannya di hadapan Dudu-Fickar yang segera saja
ikut terhanyut ke dalamnya. Tanpa dikomando siapapa pun mereka bertiga pun
saling berpelukan, dihadapan sebuah papan nama yang masih menjadi misteri buat
mereka bertiga, sama misteriusnya dengan admin @InfoPerum yang sekarang sedang
duduk dibalik layar komputernya sambil tertawa xixixixixixixi. Di kepalanya
keluar tanduk iblis.Tentu saja adminnya bukan saya karena saya sedang mengetik
kisah ini yang ternyata baru saya sadari belum menceritakan tentang Jemmy
sedikitpun, padahal judulnya Jemmy Oh Jemmy Part 5. Saya rasa saya dikutuk oleh
Armada karena sering ngomongin mereka, jadinya mau dibawa kemana kisah ini?
To Be Continued dulu biar keren . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar