Senin, 08 Juli 2013

(cerpen) Sebuah Percakapan Di Ruang Makan Kantor Bag. II

Sore itu, seperti biasa setelah selesai operasi saya langsung menuju ruang makan untuk beristirahat dan menyantap makanan. Kebetulan ketika saya tiba di ruang makan Pak Cecep terlihat sudah berada disana. tapi kali ini saya lihat Pak Cecep tidak sedang berbincang-bincang dengan Pak Bambang (Jibeng) melainkan dengan Bang Ikhwan.

Bang Ikhwan sendiri adalah anak buah Pak Cecep. Selain sebagai anak buah Pak Cecep jabatan lain Bang Ikhwan adalah sebagai penjual pulsa. Sebut saja usahanya ini dengan Ikhwan Cell. Untuk semua karyawan di kantor saya bisa saya pastikan pasokan pulsa mereka berasal dari Bang Ikhwan. Saya sendiri termasuk karyawan yang sering berhutang pulsa kepada Bang Ikhwan. Saya curiga bahwa penghasilan Bang Ikhwan dari berjualan pulsa malah lebih besar dari gaji yang didapat oleh Bang Ikhwan sendiri.

Sore itu, saya memesan teh botol dingin kepada Mang Didin karena kopi sudah habis jika sore hari. Sambil minum teh botol saya duduk di depan Bang Ikhwan dan Pak Cecep. Bang Ikhwan tampak sedang fokus menghitung pendapatan dari berjualan pulsanya hari ini, sementara disampingnya Pak Cecep terlihat fokus menghabiskan satu porsi nasi padang dengan rendang sebagai lauknya.

 "10 rebu..12 rebu.. 24 rebu..26 rebu.." saya dengarkan Bang Ikhwan mnghitung lembar demi lembar uang hasil penjualan pulsanya hari ini.

"50 rebuu..56 rebuu..72 rebu.." Bang Ikhwan masih terus berkonsentrasi menghitung dengan presisi yang sangat teliti. Tiba-tiba,

"Lu ngitungin duit mulu, Wan. Sekali-kali bagi-bagi sama gue dooong" Pak Cecep nyeletuk sembari monyong (karena ternyata nasi padangnya belum habis).

Sekali lagi, saya hampir tersedak teh botol karena tertawa mendengarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar